Posts

Showing posts from March, 2015

Zasya: Side Story (2)

      Akhir tahun, 4 bulan yang berat akan segera dijalani sebelum aku menjejakkan kaki di universitas. Waktu sepertinya sedang senang lari maraton.       Aku mematut diri. Jarang-jarang aku mengenakan blus floral dan rok warna pastel gelap selutut seperti sekarang. Sepatunya aku pikirkan nanti. Kepang yang baru aku pelajari tadi nampak sangat cocok. Sangat.. manis.       Tidak. Aku mengurainya kembali. Aduh, aku kenapa sih? Bertemu sekitar 20 orang kan tidak bisa disamakan dengan wawancara kerja. Siapa yang akan menilai kepribadian dari jenis pakaian yang dikenakan dan jenis tata rambut yang digunakan? Bertemu sekitar 20 orang kan.. tidak bisa disamakan dengan bertemu satu orang secara subjektif. Jantungku serasa di-dribble menyeberangi lapangan basket, dari ring satu ke ring lainnya.       Sudah, sudah.       Mengecek pagar melalui jendela rumah. Aku yakin K...

Zasya: Side Story (1)

      Pandu mempercepat langkahnya. Koridor besar sekolah nampak redup, rimbun tertutup atap-atap bangunan pepat. Dan kosong--hanya beberapa anak berseliweran berbagai tujuan.       Huft, orang-orang ternyata tidak suka tepat waktu. Pandu bersandar di undakan rendah. Tasnya berat sekali hari ini, seperti mau camping saja. Ingatan Pandu melayang ke selimut tipis kabut Bromo, seikat edelweis, kerak lumpur setebal setengah inci di alas ceko, dan senyuman Vanessa.       Oh, dan syal biru muda. Seharusnya syal itu yang menjadi tokoh utama, bukan Vanessa.       Pandu mengerjap sekali, mengubur kembali Vanessa ke dalam lapis-lapis pemakaman memorinya. TIdak diberi tanda, tidak ditabur bunga. Tempat kuburan itu gersang setelah Vanessa membuat Pandu begitu gersang.       Pandu menatap lurus. Di telinganya, suara detak sepatu itu begitu familiar.       Z...

Roti Bakar

Image
Malam, selamat malam. Roti bakar, kepul arang. Hujan, selamat hujan. Kamu. Mematut, bercermin melalui binar mata lawan bicara. Malam, roti bakar. Selamat malam, hujan. Selamat malam, kamu.

10 Maret 2015

Cermin, cermin, meskipun bukan cermin ajaib, Siapakah gadis paling cantik di seluruh kerajaan ini? Gadis itu rambutnya sebahu, warnanya kayu mahoni Matanya menjelaskan berbuku-buku kata Bibirnya digigit bawahnya Air mukanya mengalirkan air terjun berkecipak Gadis itu belum biacara sejak tadi. Cermin, cermin, meskipun bukan cermin ajaib, gadis itu mau memberikan keajaiban. Belum ada yang lebih cantik di kerajaan ini melainkan golak rambut, bening mata, bibir tipis, dan air terjun berkecipak dari seorang gadis yang mau menyatakan cinta. (kepada yang tau kapan saatnya menyatakan cinta dengan bijaksana, kapan saatnya menjadi seorang putri yang sedang menunggu pangeran dari kerajaan seberang. kepada yang masih terjebak di dalam liang kelinci putih dan ramuan pengecil tubuh. kepada yang sedang menunggu.)