Tarian Lisa
Lisa adalah seorang gadis kelas 6 yang sejak taman kanak-kanak mempelajari tarian daerah. Banyak sekali tarian daerah yang ia pelajari di sanggar menarinya. Ada tari Merak, Pendet, Sekapur Sirih, dan lain-lain. Namun karena ia tinggal di Cirebon, ia lebih menyukai tarian Sunda yaitu Tari Merak. Lisa belajar menari di Sanggar Karya Bangsa di dekat rumahnya. Ia berlatih bersama teman-temannya seperti Uci, Ani, dan Mila. Guru tari mereka adalah Bu Latifah dan Bu Siti. “Satu..dua.. kakinya kedepan! Gerakan kepalanya! Ya! Tangannya kesamping!” Kata Bu Latifah memberi aba-aba. Mereka senang sekali berlatih menari.
Satu bulan lagi Ujian Nasional, dan semua murid harus belajardengan giat agar lulus. Lisa dengan semangatnya mempelajari kembali pelajaran yang telah lama dilupakannya. Namun, ada sebuah kabar sampai pada telinganya, bahwa ia harus pergi ke Jakarta untuk mengikuti audisi tari daerah se-Indonesia. Lisa menyanggupinya, namun ia ragu karena ia harus belajar agar lulus Ujian Nasional. Tapi atas desakan orang tua, guru, dan teman-temannya, Lisa akhirnya mau pergi ke Jakarta untuk mengikuti audisi tarian tradisional Indonesia itu.
Maka esok harinya, Lisa, orangtuanya, dan Bu Latifah pergi naik kereta menuju Jakarta. Semua teman, gurunya, hingga kepala sekolah ikut melambaikan tangan. Ani ikut naik kereta sebagai teman mengobrol Lisa. Bu Siti juga ikut melambaikan tangan sebagai tanda akan selalu merindukan Lisa. Kereta pun melaju menyusuri pegunungan dan pedesaan. Ya Allah..semoga audisi nanti bisa lancar, tidak memakan waktu lama, dan semoga Lisa bisa sehat sampai disana. Dan semoga teman-teman di Cirebon sehat wal'afiat, dan selalu mengingat Lisa.. doa Lisa dalam hati. “Amiin..” bisik Lisa. Kereta terus melaju menuju Jakarta.
Lisa terbangun setelah ketiduran berjam-jam di kereta. “Sudah pagi nak, sudah sampai di Jakarta..” Bu Latifah membangunkan Lisa. “Mmmh.. ya,” Lisa lalu bangun dan melepas jaketnya karena panas. Lisa lalu berjalan mengikuti orang tuanya dan Bu Latifah. Karena ia tidak tahu dimana letak tempat audisi itu. Di luar stasiun, ibunya Lisa memanggil taksi, lalu memasukan barang-barang. Taksi berjalan mulus di tengah ramainya lalu lintas. Di dalam taksi, mereka cukup berdesak-desakan. Ani terpaksa dipangku Bu Latifah. Sementara barang-barang di bagasi. Beberapa barang pun dibawa oleh bapak Lisa di kursi depan. “Kita akan menginap dulu di hotel yang dekat dengan tempat audisi..” ibu Lisa mengatakan. “Karena audisinya diadakan besok. Jadi kita bisa latihan dulu sebentar.” Bu Latifah meneruskan. “Yei! Nginep di hotel!” Ani gembira. Karena menurutnya, menginap di hotel pasti sangat mengasyikkan. “Nah, stop di hotel sana, pak!” bapak Lisa meminta supir taksi agar berhenti di sebuah hotel. Namanya Hotel Bramaga Indah.
“Harganya Rp.35.000,00, bu!” kata supir taksi. “Oya, ini uangnya. Pas ya, pak! Terima Kasih!” Bu Latifah memberikan uang. “Oya, terima kasih kembali!” supir taksi kembali menjalankan mobilnya. Lalu mereka memasuki hotel. Lalu mereka pergi ke ruang informasi untuk mengambil kunci kamar. Keluarga Lisa di Kamar 24, dan Bu Latifah dengan Ani di Kamar 23. “Ah.. leganya..sudah sampai.” Kata Lisa sambil merebahkan tubuhnyua ke kasur. Setelah mandi dan mengganti baju, Lisa pergi ke Kamar 23 untuk mengajak Ani dan Bu Latifah sarapan. Karena keluarganya sudah siap lebih dulu. “Tok, tok, tok.. Assalamu'alaikum! Bu Latifah? Ani? Ayo..” kata Lisa mengetuk pintu tidak sabar. Pintu dibuka oleh Bu Latifah yang sudah berjilbab. “Wa'alaikumussalam.. pagi?” jawab Bu Latifah. “Kok sudah berjilbab, tapi belum keluar?” tanya ibu Lisa sopan. “Ooo.. nunggu Ani tuh! Hihi..belum selesai sisiran,” jawab Bu Latifah terkikik. “Ani..! Cepet dong! Aku lapar, nih!” kata Lisa tidak sabaran pada Ani yang sedang berurusan dengan rambutnya.
Setelah Ani selesai menyisir rambutnya, mereka pergi menuju ruang makan hotel. Mereka membeli makanan yang murah karena untuk menghemat uang. Jadi mereka hanya makan lotek, dan minum air mineral. Setelah kenyang mereka kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat. 10 menit kemudian, “Lisa..!!! “ Ani mengetuk pintu. “Ada apa, sih?” tanya Lisa setelah membuka pintu. “Daripada malas-malasan, kita latihan menari, yuk! Di kamarku! Cukup luas lho...” pinta Ani. Lisa lalu digandeng Ani menuju kamarnya. Disana Bu Latifah menunggu mereka sambil duduk. “Yuk!” Bu Latifah mengajak Ani dan Lisa menari. “Tari Pendet, ya..” Ani mengusulkan. Lalu mereka menari dengan asyiknya. “Asyiknya asyiknya asyiknya asyiknya.. hosh, hosh,” Lisa terengah-engah setelah menari. Karena setiap mengendalikan kepalanya, Lisa merasa susah dan membuatnya terengah-engah.
“Sudah jam 12! Shalat dzuhur, yuk!” ajak Bu Latifah. Lalu mereka bertiga mengajak orang tua Lisa untuk shalat dzuhur berjama'ah. Mereka sangat khusyuk mengerjakan shalat dzuhur. Memohon kepada Allah agar Lisa bisa lulus dan kembali belajar.
Selain berlatih menari, Lisa dan Ani suka mengerjakan beberapa buku tugas yang sengaja dibawa dari rumah untuk mengisi waktu luang. Mereka juga beranggapan bahwa apabila tidak membawa buku tugas, mereka bisa rugi. Dan mereka juga suka meminta pertanyaan-pertanyaan pelajaran pada kelas 1, 2, 3, 4, dan 5 yang telah lalu, kepada Bu Latifah atau orang tua Lisa, agar mereka tidak lupa sewaktu Ujian Nasional.
Maka hari H itu pun tiba. Pagi-pagi, Lisa, Bu Latifah, Ani, dan orangtuanya datang ke tempat audisi. Saat itu Lisa sedang didandan oleh Bu Latifah. Ani duduk di sebelah Bu Latifah dengan jantung berdebar dan cemas. Setelah selesai didandan, Lisa dikalungi nomor urut peserta oleh panitia. Lalu menunggu di ruang tunggu.
Setelah 20 menit kemudian.. “Nomor 12 masuk!” Seru pengabsen peserta. Degh! Keringatt membasahi tubuh Lisa. Tapi ia mencoba untuk tenang. Lalu Lisa masuk ruangan dan disambut baik oleh juri. Lisa menarik nafas, dan mulai menari. Ia menari Tari Merak. Juri memandangi Lisa saat ia menari. Lisa dengan bersungguh-sungguh menari, dan ia sangat konsentrasi. Ternyata liuk-liuk Tari Merak yang dimainkan Lisa menyihir mata juri. Juri terpesona, lalu mencatat sebuah nilai bagus dan rencana bagus untuk Lisa. Lisa tidak peduli apa yang dibicarakan oleh juri, dia pun terus saja menari. “Stop! Terima kasih..” juri meminta Lisa menghentikan menarinya. Setelah selesai menari, Lisa diajak berbincang sebentar oleh juri, dan dibolehkan keluar ruangan.
Lisa segera berlari menuju hotel setelah keluar ruangan dengan cepat karena jarak dari tempat audisi dengan hotel cukup dekat. Munuju kamarnya, dan langsung mengepak barang untuk pulang ke Majalaya. Dan yang lainnya menyusul. “Kenapa sih, Lis? Kok buru-buru..?” ibu Lisa bertanya. “Mmh. Bu, Lisa pengen cepat pulang..” rengek Lisa. “Ya sudah, tapi nanti malam, ya? Bapak sudah pesan tiket kereta, kok.. Tapi shalat dzuhur dulu ya..” timpal bapak Lisa yang melewati mereka. Dengan jawaban seperti itu, Lisa langsung shalat dzuhur dan membereskan barangnya dengan cepat.
Ternyata tas Lisa sudah siap lebih awal, ketika sore hari. Ah.. sudah selesai nih.. bisa santai! Shalat ashar dulu, lalu tidur-tiduran ah.. kata Lisa dalam hati. Ternyata ia ketiduran. Ia bermimpi dijatuhi oleh buah tomat. “Lisa..lisa..” ibu Lisa membangunkan. “Hoamm.. ya bu?” akhirnya bangun. “Sudah adzan maghrib, shalat berjama'ah yuk!” ibu Lisa mengajak anak semata wayangnya itu. Lalu Lisa pergi mengambil air wudhu dan ikut shalat.
Setelah shalat maghrib berjama'ah, Lisa dan rombongan kembali ke tempat audisi untuk mendengarkan hasil dari audisi. Ada perasaan yang cemas dan juga harapan agar bisa lolos dari audisi itu. Ya Allah mudah-mudahan Engkau memberikan kami yang terbaik doa Lisa. Namun ternyata harus menunggu lama, karena harus melihat beberapa penampilan dari beberapa sanggar tari. Mungkin sang dewan juru sedang berunding untuk menentukan yang terbaik.
Akhirnya saat pengumuman pun tiba. Hati Lisa dan rombongannya berdebar-debar keras. Apalagi setelah dibacakan para juara dari bawah dan Lisa tidak mendapatkannya.
Juara pertama........Tarian Merak yang dibawakan oleh Lisa Dewi Karima! Subhanallah...Alhamdulillah...kata syukur terucap dari Lisa dan rombongannya. Ibu Lisa memeluk putrinya erat, ada perasaan sangat bangga pada hatinya dan sambil berlinangan air mata bahagia. Dan yang lebih membahagiakan, nantinya Lisa akan menjadi salah satu duta Indonesia pada acara pentas pertukaran budaya di Thailand.
Usai sudah acara hari itu. “Ayo dong, kita ke stasiun! Taksinya kan 5 menit lagi datang!” Lisa berseru di depan kamar mandi sambil membetulkan jaketnya yang melorot. “Ya, sebentar.. komiknya seru nih! Haha.. Bapak dan ibu sudah siap kok!” bapak Lisa bercanda. “Ya sudah, Lisa manggil Ani dan Bu Latifah dulu, ya..” Lisa keluar pintu menuju kamar 23. “Ni..! Ayo berangkat! Orangtuaku sudah siaaap..!” seru Lisa. Tak lama kemudian, Bu Latifah dan Ani keluar dengan kamar yang kosong, dan bersih. Ternyata mereka sudah siap. “Taksinya sudah sampai.. yuk berangkat!” lalu Lisa mengajak semua anggotanya menuju lobi hotel. Setelah memasukan barang ke dalam mobil, mereka langsung menduduki tempat mereka masing-masing. Taksi langsung melaju menuju stasiun seperti kata ibu Lisa.
Akhirnya mereka sampai di stasiun. Beruntung, kereta Jakarta-Cirebon berangkat 10 menit lagi. Jadi tidak usah menunggu lama. Lalu mereka memasukan barang ke dalam kereta, lalu menduduki urutan kursinya. Nguung.. kereta pun berangkat. Lisa ketiduran lagi, tanpa mimpi. “Lisa, Lis?” ibu Lisa membangunkan. Ternyata Lisa sudah ada di rumah. “Hoahm..” Lisa terbangun dan melihat jam. Jam 04.25! Sudah adzan shubuh! Lisa pun langsung berwudhu dan shalat. Dan melakukan rutinitasnya. Ia juga kembali sekolah.
“Ye.. Lisa dan Ani kembali!” teman-teman Lisa menyambut mereka berdua dengan antusias. Lisa dan Ani hanya tersenyum, lalu pergi ke kelas mereka. “Assalamu'alai..” “Lis, Ni, Ibu punya kabar..!” Bu Annisa, guru mereka, memotong salam Ani dan Lisa. “Apa?” tanya Lisa dan Anin serempak. “Lisa dipilih Indonesia untuk dikirim ke Thailand, untuk mengharumkan nama Indonesia, dengan lomba menari tarian daerah! Selamat ya..” lalu Bu Annisa menjabat tangan Lisa. Lisa senang sekali. Ani lalu membelai kepala temannya. “Aku bangga sama kamu, Lis. Kamu masih kelas 6 sudah bisa mewakili bangsa Indonesia!” puji Ani. “O..yeah, ternyata walaupun tarian tradisional banyak dilupakan, ternyata kalau ditekuni bisa membawa kita ke luar negeri! Tapi kapan, bu?” Lalu Lisa bertanya pada gurunya. “Untung perginya setelah ujian nasional, jadi kita masih bisa santai! Liburan!” timpal Bu Annisa. Lalu mereka tertawa bersama..
Satu bulan lagi Ujian Nasional, dan semua murid harus belajardengan giat agar lulus. Lisa dengan semangatnya mempelajari kembali pelajaran yang telah lama dilupakannya. Namun, ada sebuah kabar sampai pada telinganya, bahwa ia harus pergi ke Jakarta untuk mengikuti audisi tari daerah se-Indonesia. Lisa menyanggupinya, namun ia ragu karena ia harus belajar agar lulus Ujian Nasional. Tapi atas desakan orang tua, guru, dan teman-temannya, Lisa akhirnya mau pergi ke Jakarta untuk mengikuti audisi tarian tradisional Indonesia itu.
Maka esok harinya, Lisa, orangtuanya, dan Bu Latifah pergi naik kereta menuju Jakarta. Semua teman, gurunya, hingga kepala sekolah ikut melambaikan tangan. Ani ikut naik kereta sebagai teman mengobrol Lisa. Bu Siti juga ikut melambaikan tangan sebagai tanda akan selalu merindukan Lisa. Kereta pun melaju menyusuri pegunungan dan pedesaan. Ya Allah..semoga audisi nanti bisa lancar, tidak memakan waktu lama, dan semoga Lisa bisa sehat sampai disana. Dan semoga teman-teman di Cirebon sehat wal'afiat, dan selalu mengingat Lisa.. doa Lisa dalam hati. “Amiin..” bisik Lisa. Kereta terus melaju menuju Jakarta.
Lisa terbangun setelah ketiduran berjam-jam di kereta. “Sudah pagi nak, sudah sampai di Jakarta..” Bu Latifah membangunkan Lisa. “Mmmh.. ya,” Lisa lalu bangun dan melepas jaketnya karena panas. Lisa lalu berjalan mengikuti orang tuanya dan Bu Latifah. Karena ia tidak tahu dimana letak tempat audisi itu. Di luar stasiun, ibunya Lisa memanggil taksi, lalu memasukan barang-barang. Taksi berjalan mulus di tengah ramainya lalu lintas. Di dalam taksi, mereka cukup berdesak-desakan. Ani terpaksa dipangku Bu Latifah. Sementara barang-barang di bagasi. Beberapa barang pun dibawa oleh bapak Lisa di kursi depan. “Kita akan menginap dulu di hotel yang dekat dengan tempat audisi..” ibu Lisa mengatakan. “Karena audisinya diadakan besok. Jadi kita bisa latihan dulu sebentar.” Bu Latifah meneruskan. “Yei! Nginep di hotel!” Ani gembira. Karena menurutnya, menginap di hotel pasti sangat mengasyikkan. “Nah, stop di hotel sana, pak!” bapak Lisa meminta supir taksi agar berhenti di sebuah hotel. Namanya Hotel Bramaga Indah.
“Harganya Rp.35.000,00, bu!” kata supir taksi. “Oya, ini uangnya. Pas ya, pak! Terima Kasih!” Bu Latifah memberikan uang. “Oya, terima kasih kembali!” supir taksi kembali menjalankan mobilnya. Lalu mereka memasuki hotel. Lalu mereka pergi ke ruang informasi untuk mengambil kunci kamar. Keluarga Lisa di Kamar 24, dan Bu Latifah dengan Ani di Kamar 23. “Ah.. leganya..sudah sampai.” Kata Lisa sambil merebahkan tubuhnyua ke kasur. Setelah mandi dan mengganti baju, Lisa pergi ke Kamar 23 untuk mengajak Ani dan Bu Latifah sarapan. Karena keluarganya sudah siap lebih dulu. “Tok, tok, tok.. Assalamu'alaikum! Bu Latifah? Ani? Ayo..” kata Lisa mengetuk pintu tidak sabar. Pintu dibuka oleh Bu Latifah yang sudah berjilbab. “Wa'alaikumussalam.. pagi?” jawab Bu Latifah. “Kok sudah berjilbab, tapi belum keluar?” tanya ibu Lisa sopan. “Ooo.. nunggu Ani tuh! Hihi..belum selesai sisiran,” jawab Bu Latifah terkikik. “Ani..! Cepet dong! Aku lapar, nih!” kata Lisa tidak sabaran pada Ani yang sedang berurusan dengan rambutnya.
Setelah Ani selesai menyisir rambutnya, mereka pergi menuju ruang makan hotel. Mereka membeli makanan yang murah karena untuk menghemat uang. Jadi mereka hanya makan lotek, dan minum air mineral. Setelah kenyang mereka kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat. 10 menit kemudian, “Lisa..!!! “ Ani mengetuk pintu. “Ada apa, sih?” tanya Lisa setelah membuka pintu. “Daripada malas-malasan, kita latihan menari, yuk! Di kamarku! Cukup luas lho...” pinta Ani. Lisa lalu digandeng Ani menuju kamarnya. Disana Bu Latifah menunggu mereka sambil duduk. “Yuk!” Bu Latifah mengajak Ani dan Lisa menari. “Tari Pendet, ya..” Ani mengusulkan. Lalu mereka menari dengan asyiknya. “Asyiknya asyiknya asyiknya asyiknya.. hosh, hosh,” Lisa terengah-engah setelah menari. Karena setiap mengendalikan kepalanya, Lisa merasa susah dan membuatnya terengah-engah.
“Sudah jam 12! Shalat dzuhur, yuk!” ajak Bu Latifah. Lalu mereka bertiga mengajak orang tua Lisa untuk shalat dzuhur berjama'ah. Mereka sangat khusyuk mengerjakan shalat dzuhur. Memohon kepada Allah agar Lisa bisa lulus dan kembali belajar.
Selain berlatih menari, Lisa dan Ani suka mengerjakan beberapa buku tugas yang sengaja dibawa dari rumah untuk mengisi waktu luang. Mereka juga beranggapan bahwa apabila tidak membawa buku tugas, mereka bisa rugi. Dan mereka juga suka meminta pertanyaan-pertanyaan pelajaran pada kelas 1, 2, 3, 4, dan 5 yang telah lalu, kepada Bu Latifah atau orang tua Lisa, agar mereka tidak lupa sewaktu Ujian Nasional.
Maka hari H itu pun tiba. Pagi-pagi, Lisa, Bu Latifah, Ani, dan orangtuanya datang ke tempat audisi. Saat itu Lisa sedang didandan oleh Bu Latifah. Ani duduk di sebelah Bu Latifah dengan jantung berdebar dan cemas. Setelah selesai didandan, Lisa dikalungi nomor urut peserta oleh panitia. Lalu menunggu di ruang tunggu.
Setelah 20 menit kemudian.. “Nomor 12 masuk!” Seru pengabsen peserta. Degh! Keringatt membasahi tubuh Lisa. Tapi ia mencoba untuk tenang. Lalu Lisa masuk ruangan dan disambut baik oleh juri. Lisa menarik nafas, dan mulai menari. Ia menari Tari Merak. Juri memandangi Lisa saat ia menari. Lisa dengan bersungguh-sungguh menari, dan ia sangat konsentrasi. Ternyata liuk-liuk Tari Merak yang dimainkan Lisa menyihir mata juri. Juri terpesona, lalu mencatat sebuah nilai bagus dan rencana bagus untuk Lisa. Lisa tidak peduli apa yang dibicarakan oleh juri, dia pun terus saja menari. “Stop! Terima kasih..” juri meminta Lisa menghentikan menarinya. Setelah selesai menari, Lisa diajak berbincang sebentar oleh juri, dan dibolehkan keluar ruangan.
Lisa segera berlari menuju hotel setelah keluar ruangan dengan cepat karena jarak dari tempat audisi dengan hotel cukup dekat. Munuju kamarnya, dan langsung mengepak barang untuk pulang ke Majalaya. Dan yang lainnya menyusul. “Kenapa sih, Lis? Kok buru-buru..?” ibu Lisa bertanya. “Mmh. Bu, Lisa pengen cepat pulang..” rengek Lisa. “Ya sudah, tapi nanti malam, ya? Bapak sudah pesan tiket kereta, kok.. Tapi shalat dzuhur dulu ya..” timpal bapak Lisa yang melewati mereka. Dengan jawaban seperti itu, Lisa langsung shalat dzuhur dan membereskan barangnya dengan cepat.
Ternyata tas Lisa sudah siap lebih awal, ketika sore hari. Ah.. sudah selesai nih.. bisa santai! Shalat ashar dulu, lalu tidur-tiduran ah.. kata Lisa dalam hati. Ternyata ia ketiduran. Ia bermimpi dijatuhi oleh buah tomat. “Lisa..lisa..” ibu Lisa membangunkan. “Hoamm.. ya bu?” akhirnya bangun. “Sudah adzan maghrib, shalat berjama'ah yuk!” ibu Lisa mengajak anak semata wayangnya itu. Lalu Lisa pergi mengambil air wudhu dan ikut shalat.
Setelah shalat maghrib berjama'ah, Lisa dan rombongan kembali ke tempat audisi untuk mendengarkan hasil dari audisi. Ada perasaan yang cemas dan juga harapan agar bisa lolos dari audisi itu. Ya Allah mudah-mudahan Engkau memberikan kami yang terbaik doa Lisa. Namun ternyata harus menunggu lama, karena harus melihat beberapa penampilan dari beberapa sanggar tari. Mungkin sang dewan juru sedang berunding untuk menentukan yang terbaik.
Akhirnya saat pengumuman pun tiba. Hati Lisa dan rombongannya berdebar-debar keras. Apalagi setelah dibacakan para juara dari bawah dan Lisa tidak mendapatkannya.
Juara pertama........Tarian Merak yang dibawakan oleh Lisa Dewi Karima! Subhanallah...Alhamdulillah...kata syukur terucap dari Lisa dan rombongannya. Ibu Lisa memeluk putrinya erat, ada perasaan sangat bangga pada hatinya dan sambil berlinangan air mata bahagia. Dan yang lebih membahagiakan, nantinya Lisa akan menjadi salah satu duta Indonesia pada acara pentas pertukaran budaya di Thailand.
Usai sudah acara hari itu. “Ayo dong, kita ke stasiun! Taksinya kan 5 menit lagi datang!” Lisa berseru di depan kamar mandi sambil membetulkan jaketnya yang melorot. “Ya, sebentar.. komiknya seru nih! Haha.. Bapak dan ibu sudah siap kok!” bapak Lisa bercanda. “Ya sudah, Lisa manggil Ani dan Bu Latifah dulu, ya..” Lisa keluar pintu menuju kamar 23. “Ni..! Ayo berangkat! Orangtuaku sudah siaaap..!” seru Lisa. Tak lama kemudian, Bu Latifah dan Ani keluar dengan kamar yang kosong, dan bersih. Ternyata mereka sudah siap. “Taksinya sudah sampai.. yuk berangkat!” lalu Lisa mengajak semua anggotanya menuju lobi hotel. Setelah memasukan barang ke dalam mobil, mereka langsung menduduki tempat mereka masing-masing. Taksi langsung melaju menuju stasiun seperti kata ibu Lisa.
Akhirnya mereka sampai di stasiun. Beruntung, kereta Jakarta-Cirebon berangkat 10 menit lagi. Jadi tidak usah menunggu lama. Lalu mereka memasukan barang ke dalam kereta, lalu menduduki urutan kursinya. Nguung.. kereta pun berangkat. Lisa ketiduran lagi, tanpa mimpi. “Lisa, Lis?” ibu Lisa membangunkan. Ternyata Lisa sudah ada di rumah. “Hoahm..” Lisa terbangun dan melihat jam. Jam 04.25! Sudah adzan shubuh! Lisa pun langsung berwudhu dan shalat. Dan melakukan rutinitasnya. Ia juga kembali sekolah.
“Ye.. Lisa dan Ani kembali!” teman-teman Lisa menyambut mereka berdua dengan antusias. Lisa dan Ani hanya tersenyum, lalu pergi ke kelas mereka. “Assalamu'alai..” “Lis, Ni, Ibu punya kabar..!” Bu Annisa, guru mereka, memotong salam Ani dan Lisa. “Apa?” tanya Lisa dan Anin serempak. “Lisa dipilih Indonesia untuk dikirim ke Thailand, untuk mengharumkan nama Indonesia, dengan lomba menari tarian daerah! Selamat ya..” lalu Bu Annisa menjabat tangan Lisa. Lisa senang sekali. Ani lalu membelai kepala temannya. “Aku bangga sama kamu, Lis. Kamu masih kelas 6 sudah bisa mewakili bangsa Indonesia!” puji Ani. “O..yeah, ternyata walaupun tarian tradisional banyak dilupakan, ternyata kalau ditekuni bisa membawa kita ke luar negeri! Tapi kapan, bu?” Lalu Lisa bertanya pada gurunya. “Untung perginya setelah ujian nasional, jadi kita masih bisa santai! Liburan!” timpal Bu Annisa. Lalu mereka tertawa bersama..
Comments