This post can be edited in the future, depending on how I see this issue through times. These last few weeks I met several people who helped me remind a perspective I should've known before. A perspective so important yet buried well inside my mind. It started with the thoughts I had on bright people who work in great communities, or organizations, or groups, I might say. Spreading good messages that I had always liked along the scroll, sharing great insights from slide to slide. Seeing people work on, or even lead, an abundant of projects with abundant volunteers always amazes me. They always look so firm with their principals and what they want to do. I see them as people who are a good example for me to look up into. The thing is - people said that people with matching interests tend to gather - why am I not with them? Why am I here, saying yes to all what they say while wandering around, doing something else? I even state frequently that I don't match well with communities ...
Waktu itu tinggi badanku belum sampai seratus senti. Ibu suka menaruh berbagai mainan dan barang di atas kulkas supaya aku sulit menggapainya. Kulkas itu lurus dan licin, tidak ada yang bisa dipakai untuk memanjat. Apa yang ada di pikiranku saat itu adalah, kalau aku nakal, mainan-mainan akan pindah ke atas kulkas. Kalau aku baik, nanti mainan-mainan pindah lagi ke boks oranye yang dijejerkan di karpet. Setahun kemudian, seluruh telapak tanganku sudah bisa menempel ke permukaan atas kulkas tanpa harus berjinjit. Tinggi badan adikku belum sampai seratus senti. Kalau adikku nakal, aku taruh mainannya di atas kulkas sambil tersenyum jumawa. Ah, jadi begini ya rasanya? Lalu adikku menangis. Akhirnya Ibu menurunkan beberapa mainan adik. Aku jadi mengikutinya, menurunkan sisa mainan dari atas kulkas ke karpet. "Kakak hebat." begitu kata Ibu. Ditulis sebagai bentuk partisipasi dalam 30 Hari Bercerita tahun 2019. #30HariBercerita #30HBC1926
Suatu malam aku tertidur. Dan kemudian aku membuka mata. Aku tidak ada lagi dalam pelukan selimut yang hangat. Namun, aku berada di surga! Sungguh aku tak menyangka! Namun, surga itu bukanlah sebuah surga yang nyaman, indah, tenteram, dan damai. Namun berwarna abu-abu, laksana abu gosok yang dibentuk sedemikian rupa. Disana tidak ada sungai yang menyegarkan, namun menghauskan. Disana tidak ada musik yang menyejukan hati. Namun sunyi senyap seperti desa yang seluruh penghuminya pergi ke luar kota. Disana hanya ada satu rumah, rumah raksasa sebesar Istana Hogwarts, namun jauh lebih besar lagi. Disana tinggalah aku, dan seluruh keluarga besarku, sampai ke Nabi Adam. Dan, seluruh penghuninya tidak pernah keluar dari rumah-atau bisa disebut juga istana itu. Boro-boro melangkahkan kaki, menampakan batang hidung pun tidak pernah. Huh.. sungguh aneh. Pagi hari di surga abu-abu yang seperti waktu maghrib di dunia biasa, aku berjalan-jalan keliling surga "aneh" itu. Aku menatapi burung...
Comments