Retrospeksi 2018
Januari
Tahun ini diawali dengan perasaan gamang karena mimpi yang harus dialihjalurkan. Hari-hari aku berpikir dan mulai memahami tentang self-value, sesuatu yang membuat seseorang melejit, berkharisma, dan dipercaya. Self-value yang rernyata tidak melulu soal pancaran diri, tapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi, mengubah, hingga menyetir pancaran diri tersebut.
Di tengah-tengah gamang, aku diajak untuk mencoba hal baru yang ridak pernah aku pikirkan sebelumnya: memimpin program pengabdian kepada masyarakat. Sesuatu yang tidak asing, bahkan punya buku manis sendiri di perpustakaan memori sejak 5 tahun yang lalu. Ditawari menjadi seseorang yang akan punya self-value, aku skeptis, tapi aku menginginkannya.
Di bulan ini pula aku mendapat obat lara paling mujarab, yaitu perasan diterima dan melebur dalam kumpulan orang yang banyak kuambil catatan dari mereka.
Di bulan ini pula berkas-berkas administrasi itu diurus, seada-adanya demi mengejar rupiah kampus.
Februari
Bulan ini tidak panjang lebar. Dengan program yang sudah mulai jadi wabah di setiap jam kehidupan alias mulai tidak bisa berhenti dipikirkan, dirumuskan, diimplementasikan, aku terus berusaha untuk meningkatkan 'ego' sebagai salah satu pengendali utama dari program ini. Akan tetapi, ternyata aku menemukan sesuatu yang belum bisa lepas: aku melakukan ini semua untuk mewujudkan keinginan orang lain, bukan keinginanku. Aku merasa tenang dengan semua yang telah dipersiapkan tanpa aku sendiri berusaha mengembangkan konsep di dalamnya. Aku merasa seperti, pesuruh, tapi aku menerima dan melaksanakannya.
Bulan ini sebuah buku paperline kuning aku nobatkan sebagai jurnal lika-liku persiapan program luar biasa tersebut.
Maret
Sepanjang seperempat tahun ini, Maret, seperti tahun-tahun sebelumnya, adalah bulan paling drama. Bagaimana tidak? Kami semua menerobos badai demi badai untuk menyelesaikan seluruh tahap penyusunan pra-proposal yang dilombakan se-Indonesia. Rasanya seperti pekerjaan kelompok yang pada akhirnya dikerjakan oleh segelintir. Rasanya menyenangkan bisa berseliweran bersama segenap urusan dan kepentingan, tapi lama-kelamaan, apa-apaan ini? Apa yang lagi kamu cari? Atensi? Afeksi? Sifat dasar manusia tidak akan pernah lepas dari manusia. Bergelut dengan diri sendiri tentang dasar dari seluruh perbuatan, mencari atensi atau melaksanakan tujuan dengan murni.
April
Bulan yang tidak pernah terbayangkan olehku sebelumnya, menjadi penanggung jawab empat puluhan kepala dengan tujuan dan fokus yang berbeda-beda dalam satu kepanitiaan. Berusaha seada-adanya memastikan seluruh kepala mendapat makna yang sama dari program ini. Sesuatu yang akhirnya mengusik kepedulianku yang sebenar-benarnya kepada program ini: pelaksanaan atau diri sendiri? Rasanya seperti memegang cangkang tanpa isi, memegang stereotipe tanpa bobot. Beritikad membuat perbedaan cara memimpin, berakhir dengan menjadi 'pengayom' pada umumnya, seperti sebelum-sebelumnya.
Apakah kami akan melangkah ke arah yang sama hingga akhir?
Sementara itu, aku masih berperang dengan ekspektasi berbagai pihak lainnya yang aku rasa harus aku penuhi. Aku letih sekali, berulang kali ketika harus menyampaikan laporan secara virtual, aku malah ketiduran. Belum menyentuh tugas. Belum mencuci kotak bekal. Belum membuat surat.
Aku bersyukur, di bulan ini objek pengembangan dalam program semakin jelas dan berbentuk. Aku yakin tahun ini akan sangat berbeda dari dua tahun sebelumnya.
Mei
Rutinitas kepanitiaan. Aku bersama alur itu, tapi semakin merasa runyam dengan seluruh ke-stagnan-an ini. Ke-umum-an ini. Kesadaran yang muncul ketika rencana awal sedang berjalan. Kesadaran untuk tidak sok-sokan baru sampai tidak konsultasi dengan yang lama. Sambil kejar-kejaran dengan semua target, aku ditepuk bangun.
Juni
Rutinitas kepanitiaan, dengan intensitas yang lebih tinggi. Dengan segala keterseok-seokan dan keraguan terhadap kapabilitas diri sendiri. Semuanya harus tetap berjalan, karena ada banyak orang yang peduli dengan program ini.
Juli
Rutinitas kepanitiaan, dengan intensitas yang mulai gebu. Seada-adanya mengumpulkan atensi orang-orang pada program ini. Menyadari bahwa setiap atensi mampu menghangatkan hati dan melonjakkan optimisme. Menghibur diri yang merasa terlalu pasif sebagai pemimpin.
Agustus
Rutinitas kepanitiaan, dengan intensitas yang sangat gebu dan atensi yang mulai bermunculan kembali setelah lepas dari jeda waktu akademik. Menyayangkan setiap pertemuan yang tertunda atau sengaja ditunda. Melalui kerenggangan dan hampanya ikatan, semua rencana tetap dijalankan. Awalnya aku pikir ini cuma ikatan kerja, tapi ternyata lebih dari itu. Tidak semua orang bisa berkomitmen dengan titel ikatan kerja. Di tengah isu keinginan orang-orang untuk menjadi profesional, ternyata orang-orang perlu disentuh dulu hatinya supaya mau menjadi profesional. Tepuk jidat, kemana saja?
Bulan ini aku berumur dua puluh tahun. Sudah ngapain aja?
September
Aku siap dan harus siap menghadapi bulan ini. Bulan dimana semuanya terjadi. Bulan yang konon katanya masih lama. Diabaikan. Dibentuk dengan mata tertutup. Merekapitulasi atensi empat puluhan kepala selama empat bulan terakhir. Mulai merasa serba salah: kenapa kamu pilih dia? tapi kan dia berseda dipilih, mengapa tidak bertanggung jawab pada kebersediaannya? tapi apakah kamu berusaha mempertahankan dia?
Ternyata atensi empat puluhan kepala bukanlah masalah ketika masalah yang utama hadir: atensi target program. Setelah evaluasi pertama itu aku menyadari, apakah cara ini, cara konvensional ini, adalah tepat untuk program ini?
Tidak.
Beberapa hari sebelum bulan ini berakhir, aku menggebrak diri sendiri dan mulai meluruskan apa yang seharusnya diluruskan, seakan-akan program ini belum dimulai sama sekali.
Beberapa hari sebelum bulan ini berakhir, aku menyadari bahwa sesuatu telah terjadi secara berlebihan.
Beberapa hari sebelum bulan ini berakhir, aku ditegur pemilik semesta tentang banyak hal. Aku masih berhutang, masih kusut masai, masih compang camping, tapi masih diberi hidup. Ketika aku merasa tidak dipercaya, pemilik semesta masih percaya padaku. Pemilik semesta menunjukkan batas kejumawaanku agar tidak dilewati atau ditabrak, karena aku akan sakit.
Oktober
Semakin banyak diskusi yang mengarah semakin dalam dan terperinci. Di tengah aku berusaha memahami lika-liku perancangan keputusan, aku merasa terpisah menjadi dua orang: yang satu menjalankan peran sebagaimana orang biasa tahu, yang satu menghakimi dari atas langit dan membuat ideotipe konsep dan kepemimpinan dari program semacam ini. Ceritanya berusaha mencari kesempurnaan yang tidak biasa.
November
Orang bilang ini semua akan segera selesai. Aku bilang ini semua akan segera dimulai. Memulai dengan konsep yang dirasa lebih baik untuk dilakukan, meskipun telat satu tahun.
Bulan ini semuanya terasa menjadi guru. Terasering, kolam, paranet, paralon, jalan berbatu, pom bensin, piring rotan, kardus air mineral.
Momen.
Perpisahan.
Memori.
Orang bilang aku akan melakukannya. Aku skeptis, tapi aku menginginkannya. Tapi aku mencegahnya. Ini bukan tentang ekspektasi ganda, ini tentang: kontribusi atau titel?
Bulan ini rasanya sangat melankolik.
Desember
Inikah namanya cinta?
Bulan ini rasanya lebih melankolik dari bulan kemarin. Rasanya aku adalah pemeran utama dari semua drama yang aku buat sendiri. Mirip kan, seperti anak SMA yang sedang suka-sukanya?
Buku paperline kuning lusuh itu aku bawa kemana-mana.
Rencana demi rencana, angan demi angan.
Angan tinggal angan.
Bulan ini aku sangat berterima kasih pada waktu dan segala yang telah ia lakukan untuk menyuguhkan makna. Aku sangat berterima kasih kepada purnama yang sudah datang tiga malam di setiap bulan.
Aku sangat berterima kasih pada kedua orang tuaku. Kepada kedua adikku. Kepada pohon-pohon buah di belakang rumah yang tetap berdiri meski semuanya telah tidur ketika aku pulang.
Terima kasih, dari budak ekspektasi yang masih belajar untuk berdiri sendiri.
Terima kasih, sampai jumpa di tahun ini.
Tahun ini diawali dengan perasaan gamang karena mimpi yang harus dialihjalurkan. Hari-hari aku berpikir dan mulai memahami tentang self-value, sesuatu yang membuat seseorang melejit, berkharisma, dan dipercaya. Self-value yang rernyata tidak melulu soal pancaran diri, tapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi, mengubah, hingga menyetir pancaran diri tersebut.
Di tengah-tengah gamang, aku diajak untuk mencoba hal baru yang ridak pernah aku pikirkan sebelumnya: memimpin program pengabdian kepada masyarakat. Sesuatu yang tidak asing, bahkan punya buku manis sendiri di perpustakaan memori sejak 5 tahun yang lalu. Ditawari menjadi seseorang yang akan punya self-value, aku skeptis, tapi aku menginginkannya.
Di bulan ini pula aku mendapat obat lara paling mujarab, yaitu perasan diterima dan melebur dalam kumpulan orang yang banyak kuambil catatan dari mereka.
Di bulan ini pula berkas-berkas administrasi itu diurus, seada-adanya demi mengejar rupiah kampus.
Februari
Bulan ini tidak panjang lebar. Dengan program yang sudah mulai jadi wabah di setiap jam kehidupan alias mulai tidak bisa berhenti dipikirkan, dirumuskan, diimplementasikan, aku terus berusaha untuk meningkatkan 'ego' sebagai salah satu pengendali utama dari program ini. Akan tetapi, ternyata aku menemukan sesuatu yang belum bisa lepas: aku melakukan ini semua untuk mewujudkan keinginan orang lain, bukan keinginanku. Aku merasa tenang dengan semua yang telah dipersiapkan tanpa aku sendiri berusaha mengembangkan konsep di dalamnya. Aku merasa seperti, pesuruh, tapi aku menerima dan melaksanakannya.
Bulan ini sebuah buku paperline kuning aku nobatkan sebagai jurnal lika-liku persiapan program luar biasa tersebut.
Maret
Sepanjang seperempat tahun ini, Maret, seperti tahun-tahun sebelumnya, adalah bulan paling drama. Bagaimana tidak? Kami semua menerobos badai demi badai untuk menyelesaikan seluruh tahap penyusunan pra-proposal yang dilombakan se-Indonesia. Rasanya seperti pekerjaan kelompok yang pada akhirnya dikerjakan oleh segelintir. Rasanya menyenangkan bisa berseliweran bersama segenap urusan dan kepentingan, tapi lama-kelamaan, apa-apaan ini? Apa yang lagi kamu cari? Atensi? Afeksi? Sifat dasar manusia tidak akan pernah lepas dari manusia. Bergelut dengan diri sendiri tentang dasar dari seluruh perbuatan, mencari atensi atau melaksanakan tujuan dengan murni.
April
Bulan yang tidak pernah terbayangkan olehku sebelumnya, menjadi penanggung jawab empat puluhan kepala dengan tujuan dan fokus yang berbeda-beda dalam satu kepanitiaan. Berusaha seada-adanya memastikan seluruh kepala mendapat makna yang sama dari program ini. Sesuatu yang akhirnya mengusik kepedulianku yang sebenar-benarnya kepada program ini: pelaksanaan atau diri sendiri? Rasanya seperti memegang cangkang tanpa isi, memegang stereotipe tanpa bobot. Beritikad membuat perbedaan cara memimpin, berakhir dengan menjadi 'pengayom' pada umumnya, seperti sebelum-sebelumnya.
Apakah kami akan melangkah ke arah yang sama hingga akhir?
Sementara itu, aku masih berperang dengan ekspektasi berbagai pihak lainnya yang aku rasa harus aku penuhi. Aku letih sekali, berulang kali ketika harus menyampaikan laporan secara virtual, aku malah ketiduran. Belum menyentuh tugas. Belum mencuci kotak bekal. Belum membuat surat.
Aku bersyukur, di bulan ini objek pengembangan dalam program semakin jelas dan berbentuk. Aku yakin tahun ini akan sangat berbeda dari dua tahun sebelumnya.
Mei
Rutinitas kepanitiaan. Aku bersama alur itu, tapi semakin merasa runyam dengan seluruh ke-stagnan-an ini. Ke-umum-an ini. Kesadaran yang muncul ketika rencana awal sedang berjalan. Kesadaran untuk tidak sok-sokan baru sampai tidak konsultasi dengan yang lama. Sambil kejar-kejaran dengan semua target, aku ditepuk bangun.
Juni
Rutinitas kepanitiaan, dengan intensitas yang lebih tinggi. Dengan segala keterseok-seokan dan keraguan terhadap kapabilitas diri sendiri. Semuanya harus tetap berjalan, karena ada banyak orang yang peduli dengan program ini.
Juli
Rutinitas kepanitiaan, dengan intensitas yang mulai gebu. Seada-adanya mengumpulkan atensi orang-orang pada program ini. Menyadari bahwa setiap atensi mampu menghangatkan hati dan melonjakkan optimisme. Menghibur diri yang merasa terlalu pasif sebagai pemimpin.
Agustus
Rutinitas kepanitiaan, dengan intensitas yang sangat gebu dan atensi yang mulai bermunculan kembali setelah lepas dari jeda waktu akademik. Menyayangkan setiap pertemuan yang tertunda atau sengaja ditunda. Melalui kerenggangan dan hampanya ikatan, semua rencana tetap dijalankan. Awalnya aku pikir ini cuma ikatan kerja, tapi ternyata lebih dari itu. Tidak semua orang bisa berkomitmen dengan titel ikatan kerja. Di tengah isu keinginan orang-orang untuk menjadi profesional, ternyata orang-orang perlu disentuh dulu hatinya supaya mau menjadi profesional. Tepuk jidat, kemana saja?
Bulan ini aku berumur dua puluh tahun. Sudah ngapain aja?
September
Aku siap dan harus siap menghadapi bulan ini. Bulan dimana semuanya terjadi. Bulan yang konon katanya masih lama. Diabaikan. Dibentuk dengan mata tertutup. Merekapitulasi atensi empat puluhan kepala selama empat bulan terakhir. Mulai merasa serba salah: kenapa kamu pilih dia? tapi kan dia berseda dipilih, mengapa tidak bertanggung jawab pada kebersediaannya? tapi apakah kamu berusaha mempertahankan dia?
Ternyata atensi empat puluhan kepala bukanlah masalah ketika masalah yang utama hadir: atensi target program. Setelah evaluasi pertama itu aku menyadari, apakah cara ini, cara konvensional ini, adalah tepat untuk program ini?
Tidak.
Beberapa hari sebelum bulan ini berakhir, aku menggebrak diri sendiri dan mulai meluruskan apa yang seharusnya diluruskan, seakan-akan program ini belum dimulai sama sekali.
Beberapa hari sebelum bulan ini berakhir, aku menyadari bahwa sesuatu telah terjadi secara berlebihan.
Beberapa hari sebelum bulan ini berakhir, aku ditegur pemilik semesta tentang banyak hal. Aku masih berhutang, masih kusut masai, masih compang camping, tapi masih diberi hidup. Ketika aku merasa tidak dipercaya, pemilik semesta masih percaya padaku. Pemilik semesta menunjukkan batas kejumawaanku agar tidak dilewati atau ditabrak, karena aku akan sakit.
Oktober
Semakin banyak diskusi yang mengarah semakin dalam dan terperinci. Di tengah aku berusaha memahami lika-liku perancangan keputusan, aku merasa terpisah menjadi dua orang: yang satu menjalankan peran sebagaimana orang biasa tahu, yang satu menghakimi dari atas langit dan membuat ideotipe konsep dan kepemimpinan dari program semacam ini. Ceritanya berusaha mencari kesempurnaan yang tidak biasa.
November
Orang bilang ini semua akan segera selesai. Aku bilang ini semua akan segera dimulai. Memulai dengan konsep yang dirasa lebih baik untuk dilakukan, meskipun telat satu tahun.
Bulan ini semuanya terasa menjadi guru. Terasering, kolam, paranet, paralon, jalan berbatu, pom bensin, piring rotan, kardus air mineral.
Momen.
Perpisahan.
Memori.
Orang bilang aku akan melakukannya. Aku skeptis, tapi aku menginginkannya. Tapi aku mencegahnya. Ini bukan tentang ekspektasi ganda, ini tentang: kontribusi atau titel?
Bulan ini rasanya sangat melankolik.
Desember
Inikah namanya cinta?
Bulan ini rasanya lebih melankolik dari bulan kemarin. Rasanya aku adalah pemeran utama dari semua drama yang aku buat sendiri. Mirip kan, seperti anak SMA yang sedang suka-sukanya?
Buku paperline kuning lusuh itu aku bawa kemana-mana.
Rencana demi rencana, angan demi angan.
Angan tinggal angan.
Bulan ini aku sangat berterima kasih pada waktu dan segala yang telah ia lakukan untuk menyuguhkan makna. Aku sangat berterima kasih kepada purnama yang sudah datang tiga malam di setiap bulan.
Aku sangat berterima kasih pada kedua orang tuaku. Kepada kedua adikku. Kepada pohon-pohon buah di belakang rumah yang tetap berdiri meski semuanya telah tidur ketika aku pulang.
Terima kasih, dari budak ekspektasi yang masih belajar untuk berdiri sendiri.
Terima kasih, sampai jumpa di tahun ini.
Comments