Posts

Showing posts from December, 2015

Warteg

Pengap, riuh. Sendok garpu berdentang, kuali-kuali besar bergolak. Siang ini berdesakan Warteg Bu Romlah, penuh seluruh bangkunya, hawa percakapan terasa dimana-mana. Kinan sakit, Dhana keluar kota. Menyisakan aku makan siang lotek sendiri, duduk di tengah-tengah massa berseragam putih-abu yang tidak aku kenal. Duk! Aku tidak sengaja menyikut mangkuk sop seseorang hingga tumpah beruap-uap di tangannya. "Aw!" "Maaf.." Ternyata kita satu sekolah. *** Ini hari Minggu, biar sepi sih katanya. Memang, Warteg Bu Romlah jadi lengang. Hanya beberapa kuli bangunan yang sedang makan siang sambil duduk mengangkat kaki di bangku luar warung. Aku memesan lotek dan kamu memesan sop. *** Setelah bel pulang berdering, aku segera angkat kaki keluar kelas karena waktu yang tersisa tidak banyak. Ini sudah kali ke empat belas, aku menghitung hari-hari masuk sekolah. Mengambil bangku kosong biar bersebelahan atau berhadapan sangatlah sulit dengan persaingan seketat ini. ...

Ceroboh

Hari ini saya kembali kehilangan. Tas tangan rasanya semakin kosong melompong saja. Apa saja yang telah saya perbuat untuk menjaganya? Menjaga untuk diri saya sendiri? Kenapa begitu mudah menjaga milik orang lain, pemberian orang lain, tapi apa yang dimiliki hilang satu per satu? Kenapa begitu mudah menjaga perasaan yang telah ditinggalkan pemberinya dan perasaan milik sendiri dibiarkan luntur ke inti bumi, rusak sesakit-sakitnya?

22

Dua puluh dua adalah salah satu angka yang istimewa bagi pelajar SMA sepertiku. Dua puluh dua adalah tanggal pernikahan orang tuaku, tanggal kelahiranku, terdapat dalam nomor ponsel setiap anggota keluargaku, dan terdapat di setiap bulan di kalender. Tapi tetap saja tidak ada nama mu  di kalenderku, hehehe bercanda! Dan di bulan Desember ini, dua puluh dua kembali menyapa diantara kesibukanku. Banyak yang menyukai 22 Desember ketika setiap manusia meniti satu-satu rasa cinta kepada malaikat pertama dalam hidup mereka, yang menjadi awal mula kehidupan dan rasa, meniti satu-satu rasa cinta setiap harinya selama setahun, mengumpulkannya, menyorakkannya di hari ini. Titian rasa cinta itu bisa terlihat dari butir-butir gula dalam kue, kelopak-kelopak bunga wangi, pixel-pixel dalam foto, huruf-huruf surat cinta, partikel-partikel emas, detik-detik perayaan di meja makan yang hangat. Ataukah langkah-langkah jarak yang menjauh? Ataukah air mata perpisahan? Ataukah yang lebih menya...

Angkot

Akhirnya gemuruh bel sekolah bisa mengalahkan gemuruh petir dan hujan badai yang sudah berlalu. Hari ini cukup unik, aku sempat mendengar para petugas sekolah berbicara. Bel pulang terpaksa dibunyikan dua kali. "Hebat, tidak biasa. Bel pulang dibunyikan tapi tidak ada satupun yang keluar kelas. Rajin sekali murid-murid Bapak. Biasanya sebelum dibunyikan saja ujung-ujung sepatu udah kelihatan di ujung pintu, ambil ancang-ancang pulang." kata seorang petugas sekolah, kemudian diselingi dengan gelak Pak Noer yang sangat berat. Aku bisa melihat pelangi di sela-sela dahan pohon bunga flamboyan yang bunga-bunganya telah berme--berjatuhan karena didera hujan besar beberapa menit yang lalu. Setelah memandang ke arah berjalan, aku segera menyamakan langkahku dengannya yang sedikit tertinggal. "Terima kasih, bu." Ruang guru belum lengang, masih nampak aktivitas para guru berlalu-lalang. Keadaan santai, beberapa guru malah sedang bergurau sambil minum kopi panas. Kami ber...

Pesan Gerimis Malam

Malam, gerimis. Langit menangis, sedikit-sedikit, biar lama yang penting tidak membekukan hewan-hewan yang berteduh dan mencarikan keteduhan untuk keluarganya. Atau yang berteduh sendirian di bawah daun, merasa belum mapan dengan keindependenannya. Manusia? Bagaimana dengan manusia yang sedang berteduh di balik bangunan-bangunan beton berakar rollag, terucuk, atau pile strous? Ada yang dininabobokan oleh kemul selimut dan irama hujan yang mengetuk-ngetuk atap, ada juga yang terjaga karena irama hujan yang mengetuk-ngetuk relung di hatinya yang sedang menunggu ketidakpastian. Kepada manusia-manusia yang ada relung di hatinya yang menjadikan hampa, ada pesan yang ingin disampaikan gerimis malam kepada kita: Ketika kamu mencintai seseorang, seseorang itu terus membayang di pelupuk matamu, dan kamu sangat menginginkan keberadaannya sebagai orang penting dalam kehidupanmu. Jika kamu mencintainya dengan amat sangat, percayalah, cintamu akan mengalami akhir cerita yang bahagia: kamu baha...

Bahagia tanpa berpura-pura

Lihat adik bayi kecil itu. Geliginya belum lengkap, tapi selalu nampak manis bersama senyumnya. Barusan ia tertawa untuk keseratus kalinya hari ini. Apakah tadi dia baru saja bercanda bersama para malaikat? Padahal orang tuanya sedang bertengkar, kakaknya tidak peduli, dan matahari menatap nanar.