Angkot
Akhirnya gemuruh bel sekolah bisa mengalahkan gemuruh petir dan hujan badai yang sudah berlalu. Hari ini cukup unik, aku sempat mendengar para petugas sekolah berbicara. Bel pulang terpaksa dibunyikan dua kali. "Hebat, tidak biasa. Bel pulang dibunyikan tapi tidak ada satupun yang keluar kelas. Rajin sekali murid-murid Bapak. Biasanya sebelum dibunyikan saja ujung-ujung sepatu udah kelihatan di ujung pintu, ambil ancang-ancang pulang." kata seorang petugas sekolah, kemudian diselingi dengan gelak Pak Noer yang sangat berat.
Aku bisa melihat pelangi di sela-sela dahan pohon bunga flamboyan yang bunga-bunganya telah berme--berjatuhan karena didera hujan besar beberapa menit yang lalu. Setelah memandang ke arah berjalan, aku segera menyamakan langkahku dengannya yang sedikit tertinggal.
"Terima kasih, bu."
Ruang guru belum lengang, masih nampak aktivitas para guru berlalu-lalang. Keadaan santai, beberapa guru malah sedang bergurau sambil minum kopi panas. Kami berdua melangkah keluar ruang guru, tapi aku membisu amat sangat. Kami berbelok ke lapangan samping yang penuh dengan kendaraan yang diparkirkan, sebagian besar sudah lenyap dibawa pergi pemiliknya melalui gerbang yang terbuka lebar.
"Kamu langsung pulang?"
"Iya."
"Naik apa?"
"Angkot."
Aku sudah menunggu lama untuk mengatakan ini. Rasanya seperti kata-kata itu mendesak ingin keluar dari jeruji rongga mulutku. Kata-kata itu berkata, Sekarang!!
"Aku bawa helm dua. Tunggu disini, ya."
Aku bisa melihat pelangi di sela-sela dahan pohon bunga flamboyan yang bunga-bunganya telah berme--berjatuhan karena didera hujan besar beberapa menit yang lalu. Setelah memandang ke arah berjalan, aku segera menyamakan langkahku dengannya yang sedikit tertinggal.
"Terima kasih, bu."
Ruang guru belum lengang, masih nampak aktivitas para guru berlalu-lalang. Keadaan santai, beberapa guru malah sedang bergurau sambil minum kopi panas. Kami berdua melangkah keluar ruang guru, tapi aku membisu amat sangat. Kami berbelok ke lapangan samping yang penuh dengan kendaraan yang diparkirkan, sebagian besar sudah lenyap dibawa pergi pemiliknya melalui gerbang yang terbuka lebar.
"Kamu langsung pulang?"
"Iya."
"Naik apa?"
"Angkot."
Aku sudah menunggu lama untuk mengatakan ini. Rasanya seperti kata-kata itu mendesak ingin keluar dari jeruji rongga mulutku. Kata-kata itu berkata, Sekarang!!
"Aku bawa helm dua. Tunggu disini, ya."
Comments