22
Dua puluh dua adalah salah satu angka yang istimewa bagi pelajar SMA sepertiku. Dua puluh dua adalah tanggal pernikahan orang tuaku, tanggal kelahiranku, terdapat dalam nomor ponsel setiap anggota keluargaku, dan terdapat di setiap bulan di kalender. Tapi tetap saja tidak ada namamu di kalenderku, hehehe bercanda!
Dan di bulan Desember ini, dua puluh dua kembali menyapa diantara kesibukanku. Banyak yang menyukai 22 Desember ketika setiap manusia meniti satu-satu rasa cinta kepada malaikat pertama dalam hidup mereka, yang menjadi awal mula kehidupan dan rasa, meniti satu-satu rasa cinta setiap harinya selama setahun, mengumpulkannya, menyorakkannya di hari ini. Titian rasa cinta itu bisa terlihat dari butir-butir gula dalam kue, kelopak-kelopak bunga wangi, pixel-pixel dalam foto, huruf-huruf surat cinta, partikel-partikel emas, detik-detik perayaan di meja makan yang hangat.
Ataukah langkah-langkah jarak yang menjauh?
Ataukah air mata perpisahan?
Ataukah yang lebih menyakitkan dari perpisahan?
Tidak ada yang mempu mengalahkan malam-malam yang terlewat karena cengengmu, bau pesingmu, permintaan-permintaanmu, irisan hati yang disimpan baik-baik saat kamu menyayatnya. Tidak ada yang mampu menyaingi malam-malam terjaga hanya agar kamu mengucapkan kata cintamu.
Sudah berapa lama dipendam?
Ada banyak cara mengungkapkan cinta, apakah cintamu sudah diungkapkan?
Aku tidak pantas bertanya kepadamu, aku harus bertanya kepadaku.
Apakah cintaku sudah diungkapkan? Apakah yang terjadi pada ungkapan cintaku? Apakah aku merusaknya? Apakah aku terlalu banyak menyakitinya? Apakah aku tertolak?
Yang aku tahu, dia tak pernah menolakku. Dia juga tidak akan menolakmu. Selama-lamanya karena apapun, dia tidak akan menolak kita, dia mencintai kita dalam bentuk apapun. Dalam kekecewaan, kesedihan, ketiadaan, kehilangan, kesemuan fisiknya, dia tidak akan pernah menolak kita.
Oh tidak, aku menangis di tengah jalan.
Aku ingin mengutip surat cintaku yang belum aku sampaikan beberapa tahun yang lalu, maaf, semoga dia membacanya:
Aku nggak tau harus mulai dari mana. Akan menjadi surat yang panjang nantinya.
Suatu hari ketika engkau merasa bahagia, aku pun begitu. Aku seakan dapat merasakan kebahagiaan itu. Suatu hari ketika engkau merasa kesal, aku pun begitu. Aku seakan merasakan hancur karrna perasaan engkau. Berusaha shalat selama mungkin agar aku bisa tenang lagi
Seiring berjalannya waktu, sampai aku sudah tidak kecil lagi. Namun kesalahan yang aku buat sudah tidak kecil lagi, hingga engkau bisa seungukan di kamar. Aku tahu kesalahan yang kubuat besar, dan aku tahu aku sulit minta maaf.
Dan aku ingin meminta maaf atas ketidakmampuanku meminta maaf.
Aku speechless.
Selamat hari orang hebat dunia, mama.
Allah menjanjikan surga untukmu.
Tanah Suci akan menjadi buktinya nanti.
Tanah Suci telah mengundangmu! Dan restumu akan mengantarku kesana juga kelak.
Dan di bulan Desember ini, dua puluh dua kembali menyapa diantara kesibukanku. Banyak yang menyukai 22 Desember ketika setiap manusia meniti satu-satu rasa cinta kepada malaikat pertama dalam hidup mereka, yang menjadi awal mula kehidupan dan rasa, meniti satu-satu rasa cinta setiap harinya selama setahun, mengumpulkannya, menyorakkannya di hari ini. Titian rasa cinta itu bisa terlihat dari butir-butir gula dalam kue, kelopak-kelopak bunga wangi, pixel-pixel dalam foto, huruf-huruf surat cinta, partikel-partikel emas, detik-detik perayaan di meja makan yang hangat.
Ataukah langkah-langkah jarak yang menjauh?
Ataukah air mata perpisahan?
Ataukah yang lebih menyakitkan dari perpisahan?
Tidak ada yang mempu mengalahkan malam-malam yang terlewat karena cengengmu, bau pesingmu, permintaan-permintaanmu, irisan hati yang disimpan baik-baik saat kamu menyayatnya. Tidak ada yang mampu menyaingi malam-malam terjaga hanya agar kamu mengucapkan kata cintamu.
Sudah berapa lama dipendam?
Ada banyak cara mengungkapkan cinta, apakah cintamu sudah diungkapkan?
Aku tidak pantas bertanya kepadamu, aku harus bertanya kepadaku.
Apakah cintaku sudah diungkapkan? Apakah yang terjadi pada ungkapan cintaku? Apakah aku merusaknya? Apakah aku terlalu banyak menyakitinya? Apakah aku tertolak?
Yang aku tahu, dia tak pernah menolakku. Dia juga tidak akan menolakmu. Selama-lamanya karena apapun, dia tidak akan menolak kita, dia mencintai kita dalam bentuk apapun. Dalam kekecewaan, kesedihan, ketiadaan, kehilangan, kesemuan fisiknya, dia tidak akan pernah menolak kita.
Oh tidak, aku menangis di tengah jalan.
Aku ingin mengutip surat cintaku yang belum aku sampaikan beberapa tahun yang lalu, maaf, semoga dia membacanya:
Aku nggak tau harus mulai dari mana. Akan menjadi surat yang panjang nantinya.
Suatu hari ketika engkau merasa bahagia, aku pun begitu. Aku seakan dapat merasakan kebahagiaan itu. Suatu hari ketika engkau merasa kesal, aku pun begitu. Aku seakan merasakan hancur karrna perasaan engkau. Berusaha shalat selama mungkin agar aku bisa tenang lagi
Seiring berjalannya waktu, sampai aku sudah tidak kecil lagi. Namun kesalahan yang aku buat sudah tidak kecil lagi, hingga engkau bisa seungukan di kamar. Aku tahu kesalahan yang kubuat besar, dan aku tahu aku sulit minta maaf.
Dan aku ingin meminta maaf atas ketidakmampuanku meminta maaf.
Aku speechless.
Selamat hari orang hebat dunia, mama.
Allah menjanjikan surga untukmu.
Tanah Suci akan menjadi buktinya nanti.
Tanah Suci telah mengundangmu! Dan restumu akan mengantarku kesana juga kelak.
Comments