Pesan Gerimis Malam

Malam, gerimis. Langit menangis, sedikit-sedikit, biar lama yang penting tidak membekukan hewan-hewan yang berteduh dan mencarikan keteduhan untuk keluarganya. Atau yang berteduh sendirian di bawah daun, merasa belum mapan dengan keindependenannya.
Manusia? Bagaimana dengan manusia yang sedang berteduh di balik bangunan-bangunan beton berakar rollag, terucuk, atau pile strous? Ada yang dininabobokan oleh kemul selimut dan irama hujan yang mengetuk-ngetuk atap, ada juga yang terjaga karena irama hujan yang mengetuk-ngetuk relung di hatinya yang sedang menunggu
ketidakpastian.

Kepada manusia-manusia yang ada relung di hatinya yang menjadikan hampa, ada pesan yang ingin disampaikan gerimis malam kepada kita:
Ketika kamu mencintai seseorang, seseorang itu terus membayang di pelupuk matamu, dan kamu sangat menginginkan keberadaannya sebagai orang penting dalam kehidupanmu. Jika kamu mencintainya dengan amat sangat, percayalah, cintamu akan mengalami akhir cerita yang bahagia: kamu bahagia bersamanya, atau kamu bahagia atas kebahagiaannya yang bersama orang lain.

Setiap cerita butuh akhir, meskipun akhir ceritanya tidak dituliskan, hanya dirasa saja. Jangan buat ceritamu terulur tidak jelas seperti benang layangan. Buatlah akhir dengan berbahagia, apapun yang akan terjadi padamu, pada orang yang kamu cintai, karena orang yang kamu cintai pasti tidak ingin mengecewakanmu, tapi dia lebih tidak ingin mengecewakan masa depannya. Apakah dia egois karena lebih tidak memikirkanmu? Justru kamulah yang harus lebih berlapang dada, berbahagia, mengucapkan selamat tinggal dengan senyuman dan rencana-rencana lainnya yang membahagiakan. Kepada siapa saya berlabuh?

Comments

See also

Supermarket

Truth or Dare

Resep Tahu Gejrot Luezaaat