Posts

Showing posts from January, 2016

Foto

Image
foto /fo·to/ n 1 potret: -- nya dimuat di dalam surat kabar; 2 ki gambaran; bayangan; pantulan: ragam ilmiah seakan-akan -- kegiatan pikiran; Sekarang saya sedang suka memandang foto. Menurut saya, dan bisa saja yang lainnya, foto pada dasarnya merupakan seluruh partikel cahaya, warna dan momen dalam satu per sekian detik yang dibingkai dengan ukuran tertentu dan diserap ke dalam suatu bidang datar, fisik maupun non-fisik. Foto adalah seperti momen yang dijiplak keindahannya untuk dijadikan karya seni. Foto sangat indah, tentu saja, karena Tuhan yang melukiskan warna-warna di dunia ini. Seperti senyummu, tapi saya tidak mau memfotonya. Nanti habis seluruh waktu saya memandangnya, haha! Setiap foto yang terambil, setiap momen yang terjiplak, merupakan suatu cerita yang naratornya adalah warna dan momen itu sendiri, yang mana pendengarnya adalah sel-sel batang dan kerucut di lapis retina kita. Dan cerita memiliki beberapa unsur intrinsik seperti tema, alur, perwatakan, latar,...

Messed Up Choices

Dari berbagai macam tipe orang dalam memilih, janganlah menjadi perfeksionis. Aku ingin memilih. Tetapi semakin dalam aku menilik apa yang aku pilih, semakin jauh aku dari rasa ingin memilih. Semakin terbuka kepada pilihan yang lain, semakin rasional bahwa pilihan yang aku inginkan, yang aku usahakan, sepertinya semakin lebih pantas dianggap sebagai pilihan yang aku paksakan. Lantas mengapa aku memaksakannya? Apakah gengsi karena seluruh dunia telah tahu bahwa aku telah memutuskan sebuah pilihan? Apakah aku bangga memilih sesuatu yang lebih tepatnya terpaksa? Tidak perlu risau dengan pilihan, pilihan pasti memilihkan dirinya untukmu. Kalau pilihan menyukaimu, dia akan datang. Dengan cara menampar, menusuk, menyayat, membuai atau mengecup, pilihan akan menjadi bagian dari hidup yang tidak akan pernah disesali meskipun rasa itu baru datang setelah masa berlaku si pilihan telah berakhir. Dari berbagai macam cara orang memilih, jangan pernahlah menjadi perfeksionis yang bahkan mengatu...

Sajak Hujan

Awan: Tidak ada yang lebih membahagiakan atau lebih menyulut sendu Dari aku yang menangis untukmu dan yang terombang-ambing di gusah angin Tupai: Aku suka hujan Tapi aku tidak suka kalau kenariku basah Nanti jamur-jamur lebih duluan memakannya Pohon (yang sudah mati): Semoga bagian-bagian dariku sudah jadi buku yang akan menuliskan memori tentangmu Daun-daunku mungkin sudah jadi abu Dibakar cemburu terhadap hujan yang tidak pernah lalu Tapi toh biji-bijiku akan tumbuh kembali menjadi aku Danar dan Tania: Oh hujan, Kenapa kami berpasangan untuk tidak akan saling mencintai? Rasanya pincang tanpamu tapi tidak serasi bersamamu Anak kecil: Aku mau bercengkrama denganmu, selamanya. Sampai mama menyuruhku berkemul dan minum susu hangat Katanya kamu membuatku sakit Padahal bunyi berdebur air lebih merdu dari suara TV Perempuan yang memakai payung: Maaf, aku menghindar darimu Aku tahu aku sangat ingin menciummu, hujan. Sekarang aku tidak tahu harus mencinta...

Random Thoughts about Human

I'm not considering this as an official posting. Namanya juga hidup. Apalagi sebagai manusia yang notabene adalah makhluk sosial, tidak bisa hidup tanpa makhluk yang sejenis. Dalam hal ini interaksi antar manusia yang dilandasi kebutuhan dan diwarnai dengan ego. Kalau harmonis, interaksi kan memiliki warna-warna yang cantik, namun kalau seluruh ego kontras dan berbantahan, interaksi akan berubah menjadi interusak (Anda bisa mengabaikan istilah ini). Ego dasar dari setiap manusia adalah kehidupan dan rasa ingin memiliki kehidupan itu. Dalam artian manusia ingin tetap hidup dan berusaha untuk bertahan hidup. Maka muncullah ego-ego yang lain seperti layaknya makhluk hidup lainnya. Tumbuh dan berkembang. Hanya saja kompleksitas akal manusia lebih luar biasa karena manusia memiliki unsur yang berbantahan dengan akal, yaitu hati. Ngaku saja! Hehehe. Ego dasar yang selanjutnya berkaitan dengan sifat manusia sebagai makhluk sosial, yaitu keinginan atas pandangan yang tertuju kepadanya....

Paradoks

paradoks /pa·ra·doks/ n pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran; bersifat paradoks semoga judulnya sesuai. *** Malam kamu bertemu cintamu setelah hari yang panjang, kamu bertanya kepadanya yang sedang duduk bertopang dagu: "Kamu sudah makan?" "Sudah." "Syukurlah." Akui sajalah, kamu mengharapkan jawaban "Belum", kan? *** Saya adalah seorang anak yang sejak sedikit lebih besar mempelajari apa yang harus saya lakukan terhadap hidup saya, namun saya sepertinya terjebak dalam hal yang tidak terlalu penting. Sejauh ini, dan akan selamanya begitu, Ibu adalah orang yang paling berpengaruh terhadap hidup saya. Cinta saya kepadanya besar. Hari-hari dimulai dari saat paling dahulu yang mampu saya ingat, Ibu mengeluarkan banyak emosi untuk membentuk jiwa saya. Marah yang membuat saya ingin sekali membangkang, tawa yang membuat saya merasa lebih baha...