Random Thoughts about Human

I'm not considering this as an official posting.

Namanya juga hidup. Apalagi sebagai manusia yang notabene adalah makhluk sosial, tidak bisa hidup tanpa makhluk yang sejenis. Dalam hal ini interaksi antar manusia yang dilandasi kebutuhan dan diwarnai dengan ego. Kalau harmonis, interaksi kan memiliki warna-warna yang cantik, namun kalau seluruh ego kontras dan berbantahan, interaksi akan berubah menjadi interusak (Anda bisa mengabaikan istilah ini).
Ego dasar dari setiap manusia adalah kehidupan dan rasa ingin memiliki kehidupan itu. Dalam artian manusia ingin tetap hidup dan berusaha untuk bertahan hidup. Maka muncullah ego-ego yang lain seperti layaknya makhluk hidup lainnya. Tumbuh dan berkembang. Hanya saja kompleksitas akal manusia lebih luar biasa karena manusia memiliki unsur yang berbantahan dengan akal, yaitu hati. Ngaku saja! Hehehe.
Ego dasar yang selanjutnya berkaitan dengan sifat manusia sebagai makhluk sosial, yaitu keinginan atas pandangan yang tertuju kepadanya. Ego ini meliputi kebutuhan akan pujian, eksistensi (keberadaan yang disadari), popularitas (tingkat lanjut dari eksistensi), dan yang lebih dahsyat adalah keinginan atas meluasnya pengaruh dan penghormatan orang lain terhadapnya. Banyak yang ingin diikuti orang lain, dihormati orang lain meskipun belum mapan pengelolaan kedepannya. Meraup manusia sebanyak-banyaknya untuk kepuasan diri terhadap ketersanjungan dan kesombongan tentu membuat petaka, salah satu hal kecil yang akan terjadi adalah kondisi terjun bebas tanpa google, pengaman, dan parasut. Destruktif dan bisa saja membuat gila.
Akan tetapi manusia adalah lemah. Bersama ego-egonya, setiap manusia berusaha hidup bersama manusia lain dengan ego-ego yang lainnya, seperti berdiri di atas egrang yang tinggi. Disenggol bisa jatuh, ada yang malah saling senggol, ada yang mendukung satu sama lain, dan ada pula yang diam saja. Dari ragam manusia, seluruhnya tidak akan pernah merasa cukup, selalu saja berusaha untuk menandingi siapa saja yang masih lebih tiggi darinya. Ada yang kemudian puas dan hidup stagnan, atau puas kemudian terinjak-injak oleh manusia yang masih terus berusaha mencari siapa lagi yang bisa ditandingi. Namun malang manusia sombong, karena sesombong apapun manusia, serendah hati apapun manusia, seluruh manusia bisa merasakan kekuasaan yang mengalirkan darah di arteri-vena yang mereka miliki, dan siapa pulalah yang memberikannya kepada mereka? Dan akal yang membuat manusia berusaha memikirkan siapa yang membuat otak ini. Dan sesuatu yang membuat mereka merasa kuat saat mencarinya di kala susah. Tuhan.
Tuhan memberikan kesempatan kepada manusia untuk merasa berkuasa dan meraup kekayaan material maupun sosial. Di akhir waktu manusia, Tuhan menggelar jembatan untuk bertemu dengan-Nya. Yang berbahagia segera meniti jembatan itu perlahan-lahan, namun yang sombong berkata bahwa ia bisa melewati jembatan itu dengan berlari sambil membebatkan kain gelap di matanya. Seperti yang kita semua duga, dia jatuh ke jurang siksa, dimakan bara, ditampar kesombongan, dan dilupakan.

Comments

See also

Supermarket

Truth or Dare

Resep Tahu Gejrot Luezaaat