Messed Up Choices
Dari berbagai macam tipe orang dalam memilih,
janganlah menjadi perfeksionis.
Aku ingin memilih. Tetapi semakin dalam aku menilik apa yang aku pilih, semakin jauh aku dari rasa ingin memilih. Semakin terbuka kepada pilihan yang lain, semakin rasional bahwa pilihan yang aku inginkan, yang aku usahakan, sepertinya semakin lebih pantas dianggap sebagai pilihan yang aku paksakan. Lantas mengapa aku memaksakannya? Apakah gengsi karena seluruh dunia telah tahu bahwa aku telah memutuskan sebuah pilihan? Apakah aku bangga memilih sesuatu yang lebih tepatnya terpaksa?
Tidak perlu risau dengan pilihan, pilihan pasti memilihkan dirinya untukmu. Kalau pilihan menyukaimu, dia akan datang. Dengan cara menampar, menusuk, menyayat, membuai atau mengecup, pilihan akan menjadi bagian dari hidup yang tidak akan pernah disesali meskipun rasa itu baru datang setelah masa berlaku si pilihan telah berakhir.
Dari berbagai macam cara orang memilih,
jangan pernahlah menjadi perfeksionis yang bahkan mengatur seberapa besar gaya gravitasi yang dibutuhkan untuk jatuh terlontar air terjun sehingga tidak menyakiti.
Orang-orang sudah bosan dengan mengalir bersama air, maka tak usah pakai pelampunglah! Menyatulah bersama arus hingga sakitnya terjatuh dari air terjun menjadi suatu rasa yang luar biasa menakjubkan.
Comments