Ada yang Memaksakan Diri untuk Menulis

Tidak, sekarang tidak sedang hujan. Jangkrik dan tongeret lebih leluasa untuk menjuarai lomba tarik suara tanpa harus dikalahkan telak oleh hujan yang berisik.

Masa lalu punya cara tersendiri untuk menimbulkan luka.
Kupu-kupu lupa selapis kepompong sempit yang pernah mengekangnya.
Para nelayan lupa alga merah yang pernah meracuni ikan-ikannya.
Kulit lupa duri-duri yang pernah menggoresnya hingga berdarah.
Mata lupa air mata yang pernah membuatnya bengkak.
Otak lupa kesedihan yang pernah mengacaukan logika.
Hati lupa caci maki yang pernah menghancurkan sebagian besar dirinya.
Sekarang kepompong merasakan luka,
alga merah merasakan luka,
duri-duri merasakan luka,
air mata merasakan luka,
kesedihan merasakan luka, dan
caci maki merasakan luka.
Tapi kepompong, alga merah, duri-duri, air mata, kesedihan, dan caci maki harus merasa bahagia bersama luka
karena kupu-kupu telah terbang bebas melintasi bebungaan,
para nelayan telah mendapatkan ikan yang melimpah,
kulit telah sembuh dari luka-lukanya,
mata telah mengerjap dan berbinar,
otak telah menyusun rencana masa depan dengan rapi, dan
hati telah bangkit dan bercahaya.
Waktu menciptakan masa lalu bersamaan dengan menutup luka dan melukai yang lainnya.
Waktu seakan menjadi energi tak terbatas yang mempu menggerakkan setiap individu untuk tersedot kembali ke masa lalu, stagnan di saat ini, dan melayang berandai-andai ke masa depan.
Bagaimana kabar waktumu? Apa bisa suatu saat berbagi denganku?

fyi, kabut sudah turun di awal April, senangnya.

Comments

See also

Supermarket

Truth or Dare

Resep Tahu Gejrot Luezaaat