Posts

Showing posts from July, 2016

Susa, Sasi, Sisu

Gunjing, gunjing, gunjing. Terdengar seperti camilan, dan memang sepertinya saya dan orang-orang secara sadar maupun terpeleset melakukan hal ini setiap waktu luang. Tidak usah rumpi deh, person to person bergunjing juga tetap renyah. Supaya sedap, tersebutlah tiga orang yaitu Susa, Sasi, dan Sisu. Di suatu hari yang sepi, Susa berkesah kepada Sasi tentang Sisu yang arogan dan tetek bengeknya. Sasi, seperti manusia pada umumnya, menyanggupi untuk menjaga rahasia itu layaknya formalitas dalam cerita antar teman. Sayangnya, seperti manusia pada umumnya, rahasia seperti ember yang isinya sudah terlalu penuh lalu diisi lagi: luber. Sasi merasa baik-baik saja ketika keesokan harinya ia membocorkan rahasia itu pada Sisu. Entah karena ia merasa harus menyelesaikan masalah di antara kedua temannya, atau dia merasa bak agen rahasia yang berhasil membobol brankas isi hati temannya. Kalau bumbu-bumbunya tidak usah disebutkan, komplit all in one, yang tidak cocok dicocok-cocokkan. ...

Earphone Plugged In

Tugas, nugas, ditugasi, dipaksa nugas, terpaksa nugas, tertugasi. Malam-malam penuh cetak-cetik, pusing terlalu lama terpapar radiasi, minyak aromaterapi, kopi, dan air mata (habis menguap). Jujur, capek1 Mau menekan backspace tapi yang tertekan malah enter . Jujur, capek! Seringkali aku memakai earphone  dan memutar lagu-lagu berenergi tinggi untuk menstimulasi otak supaya tetap sadar. Memang kadang-kadang malah keterusan jadi dugem dan tidak menyentuh ketikan sama sekali, tapi setidaknya itu membantuku terjaga semalam suntuk. Malam yang ke sekian, aku terburu-buru menyalakan komputer yang sudah dipasangi earphone (karena memang tidak pernah dilepas). Malam ini aku begitu tidak beruntung karena ketiduran dari jam 7 sampai jam 11, otomatis beberapa tugas harus dikerjakan ekstra cepat tanpa embel-embel untuk tambahan nilai. Memasang earbuds , aku mulai membuka serba-serbi bahan tugas. Hingga kemudian aku merasakan sesuatu yang berbeda. Musik ini. Apakah ini adalah musik? Earbu...

Cinta Tanpa Dosa (2)

Anak bayi satu tahun itu masih menangis tidak berhenti. Mau ditanya kenapa juga bingung, mana bisa bayi menceritakan alasannya. "Diam dong!" perempuan yang dikatakan sebagai ibu bayi itu mendelik, terus membuat anaknya tiduran sementara si anak meronta-ronta dan berteriak-teriak. "Waaaaaaa!" "Maunya apa sih?! Nyusahin orang mau tidur!" "Mamaaa!" "Ini! Ini mama!" dia menunjuk dirinya sendiri. "Sekarang diam!" "Mamaaa!" "Jadi ini bukan mama? Oke!" perempuan itu beranjak menggendong paksa anak bayinya, meletakkannya asal di ruang keluarga, lantas menyalakan televisi. Entah televisi itu sedang menyiarkan nina bobo atau jedang-jedung yang tidak biasa diterima anak kecil. Kemudian perempuan itu masuk kembali ke kamarnya, membanting pintu. Tengah malam yang sunyi berubah menjadi bunyi bayi yang terus berteriak seperti habis dipukuli.

Malam Bulan Baru

Mata berusaha menembus gelap pekarangan, mencari kerlip kunang-kunang yang bersembunyi tapi kelihatan Ah, itu mereka! Meriah, tumpah ruah, banyak sekali seperti bintang-bintang. Malam bulan baru tidak bisa sunyi Petasan berdebur-debur mengalahkan jangkrik dan tongeret Suara takbir bertumpukan dari segala arah Ramai ini sangat menyenangkan. Tidak angin, tidak pula hujan. Angin dan awan takzim memandang sinar bulan yang kecil mengintip dari sela bayangan bulan lama yang lalu, Aku jadi sedih. Ibu-ibu mengangkat ketupat lontong dari penjerangan Bapak-bapak yang telah ambil cuti Kakak-adik yang menyiapkan baju baru Kakek-nenek minum teh, tidak boleh kemana-mana. Malam bulan baru memang sama seperti malam-malam lainnya yang gulita, apalagi tanpa lampu Itu karena lensa mata belum terfokus menangkap pada kunang-kunang yang indah menjadi perhiasan malam Hanya saja malam bulan baru lebih senang berhias dengan petasan, takbiran, uap tungku, tawa dan tangis bahagia pe...

Pesimisme atau Objektivitas?

Aku rebah di gelaran karpet sajadah empuk. Pemandangan kini terpampang jelas, sebuah ornamen langit-langit masjid luar biasa detail yang dipasang secara beautifully impossible. Bagaimama mungkin kemiringan itu? Material itu? Estetika itu? Seorang arsitek, ahli konstruksi, ahli material, dan atau mungkin pekerja seni terbaik pastilah turun tangan dalam penyelesaian ornamen itu. Apakah mereka berpikir untuk memulainya? Memulai untuk menjadi luar biasa? Apakah arsitek menginginkan dirinya menjadi arsitek? Memilih takdirnya? Ah, dia pasti pintar sekali. Pasti dia lulusan sekolah terbaik. Dan apakah ahli konstruksi, ahli material, dan pekerja seni juga memilih takdirnya? Sungguh luar biasa inteligensi dalam satu karya ornamen masjid ini. Aku tenggelam di gelaran karpet sajadah empuk, tenggelam dalam analisis. Layaknya sebuah desktop Windows 8, aku mengimajinasikan hologram panel-panel bermacam cahaya itu melayang sejarak pandang. Bertuliskan nama-nama masa depan. Aku menggeser panel-pane...