Earphone Plugged In

Tugas, nugas, ditugasi, dipaksa nugas, terpaksa nugas, tertugasi. Malam-malam penuh cetak-cetik, pusing terlalu lama terpapar radiasi, minyak aromaterapi, kopi, dan air mata (habis menguap). Jujur, capek1
Mau menekan backspace tapi yang tertekan malah enter.
Jujur, capek!
Seringkali aku memakai earphone dan memutar lagu-lagu berenergi tinggi untuk menstimulasi otak supaya tetap sadar. Memang kadang-kadang malah keterusan jadi dugem dan tidak menyentuh ketikan sama sekali, tapi setidaknya itu membantuku terjaga semalam suntuk.
Malam yang ke sekian, aku terburu-buru menyalakan komputer yang sudah dipasangi earphone (karena memang tidak pernah dilepas). Malam ini aku begitu tidak beruntung karena ketiduran dari jam 7 sampai jam 11, otomatis beberapa tugas harus dikerjakan ekstra cepat tanpa embel-embel untuk tambahan nilai. Memasang earbuds, aku mulai membuka serba-serbi bahan tugas. Hingga kemudian aku merasakan sesuatu yang berbeda.
Musik ini. Apakah ini adalah musik?
Earbuds memang terpasang rapi dan pas di telinga, tapi aku lupa memutar lagu yang mengisinya. Yang terdengar hanya rasa terisolasi. Muted. Earbuds yang menutup segala kebisingan di sekitar. Jangkrik dibungkam, desing CPU diminimalisasi, suara cetak-cetik seakan berasal dari kejauhan. Yang terdengar hanya stagnan. Ketika aku menghentikan semua aktivitas, bertopang dagu memandang ke arah monitor, terasalah bahwa ini adalah suatu musik. Musik diam. Ada dug-dug teratur bernada rendah yang terdengar, itu adalah sumbangan musik dari arteri di telinga. Dan juga gemerisik yang tenang, mungkin aktivitas di otak yang mahasibuk. Mungkin kalau aku melatih pendengaranku lebih tajam lagi, aku bisa saja mendengar desiran sel-sel darah melalui pembuluhnya, atau nafas dari setiap sel somatik. Apakah mereka senang bercakap-cakap? Menarik.
Aku menyandarkan punggung di kursi. Menikmati musik diam ini. Juga menikmati hangat yang menjalar di tangan yang memegang gelas kopi dan mendekatkannya ke perut, malas menuangkannya ke rongga mulut.
Kesadaran yang makin menipislah yang membangunkanku kembali. Untung saja kopi tidak tumpah. Setengah jam rasanya cuma beberapa menit. Aku terburu meminum kopi dingin dan melanjutkan tugas. Besok-besok aku akan mengulangnya kembali, nugas sambil menikmati musik diam.

Comments

See also

Supermarket

Truth or Dare

Resep Tahu Gejrot Luezaaat