Pertemuan

Bukan, bukan yang ini. Modelnya cocok, tapi kalau warna lain mungkin lebih bagus.

Nah, itu dia. Lembayung pastel, cocok untuk warna kulitku.

Fitting room dimana ya? Oh, itu dia.

***

Baiklah, aku akan beli yang ini. Ketuk palu tiga kali. Senang rasanya bisa beli baju dengan uang sendiri. Sudah tiga bulan aku mulai hidup dengan pemasukan sendiri, apakah aku memang sudah jadi orang dewasa?

Dekat fitting room aku melihat seorang wanita yang sudah kukenal lama sekali. Karena sudah beberapa waktu tidak bersua, terlihat perubahan di wajahnya. Tidak, tidak, bukan aku ingin bilang makin tua, tapi makin menawan. Dia sedang melihat-lihat baju juga. Untuk apa, ya?

"Tante," aku mendekat. "Tante Erna."

Dia menengok, ternyata memang benar dia. Matanya yang semula biasa saja, berubah jadi sangat rumit sekali. Seakan sedang mencerna informasi yang amat banyak hingga tenggelam tapi tidak sampai melamun.

"Sas."

"Tante apa kabar? Sehat?"

***

Akhirnya kita duduk saja di bangku di antara rak-rak baju.

"Tante sehat. Kamu gimana?"

"Baik-baik. Tante lagi cari baju apa?"

"Ah," Tante Erna terhenyak tapi tidak bersandar. "Buat Bian. Tante mau kasih hadiah."

"Oh, gitu." aku menjawab pendek saja.

"Bian sehat-sehat, Bram juga." Tante Erna pintar membaca, seolah-olah semua pertanyaan di pikiran tertulis di jidatku. "Sudah setahun, ya.."

Aku diam saja.

"Tante ingat, waktu itu kamu diundang tapi malah tidak datang. Awalnya Tante kira apa, ternyata Eyangmu meninggal. Tante ikut berbelasungkawa, ya. Mohon maaf Tante belum ke rumah Eyang. Eyangmu itu luar biasa baik, pernah membantu Tante waktu sedang kesulitan." Tante Erna menerawang ke langit-langit toko baju.

Kami berdua diam kembali, cuma meresapi keberadaan satu sama lain.

"Dengar, Sas. Tante sangat ingin sampaikan ini ke kamu, tapi Tante rasa ini cuma unek-unek yang disampaikan untuk melegakan hati saja. Gapapa?"

"Gapapa, Tante." kami memang sudah biasa saling cerita apa saja. Aku oleh Tante sudah dianggap seperti anak sendiri. 

"Tante sedih sekali waktu itu, rasanya tidak ingin kamu pergi. Tante sudah bayangkan nanti kita akan masak bareng-bareng, belanja bareng-bareng, Tante akan kasih wejangan untuk kamu yang banyak. Mau ceramah, hahaha. Aduh, Tante egois sekali."

Aku diam saja.

"Kalian itu, ya.." aku sebenarnya tidak suka dengan kata 'kalian', tapi aku paham kalau Tante hanya ingin cerita saja, bukan berarti tidak terima dengan keadaan. "Ah, memang kalian itu sudah sebaiknya begini. Tante sudah bisa bahagia lagi sekarang."

Aku diam saja.

"Kamu sangat baik, Bian juga baik sekali. Semuanya anak-anak Tante. Semuanya Tante sangat sayang." Tante terdengar seperti tenggelam dalam perkataannya. Mendadak aku merasa sangat sedih, bukan karena dia, tapi karena Tante. Aku jadi merasa sudah memusuhinya selama ini. Tidak berkabar, tidak menemuinya lagi.

"Tante kangen sekali sama kamu. Sudah lama kita nggak jalan-jalan. Eh, takdir buat kita ketemu disini. Tante senang banget."

Aku tersenyum, diam saja.

"Angguk-angguk saja dari tadi. Cerita, dong. Bagaimana keluargamu, sehat-sehat? Tante dengar sekarang adikmu baru lulus kuliah, ya?"

***

Akhirnya aku menemani Tante berbelanja. Selera kami kurang lebih sama, jadi mudah saja menemukan baju yang pas untuk hadiah. Kemudian, dasar wanita, akhirnya masing-masing kami juga mengambil satu blus.

"Tante, blus ini biar Sas aja yang bayar."

"Ya ampun. Mending uangnya kamu tabung, jadi bisa untuk modal usaha dekorasi yang kamu pingin."

"Sekaliii aja. Boleh ya, Tante?"

 "Nggak boleh. Gantinya, kamu harus jadwalkan ketemu Tante lagi. Kita makan-makan di kedai baru punya teman Tante. Minggu depan, gimana?"

Aku mengangguk senang. Terbayang nanti aku akan bawakan pressed flowers dalam bingkai untuk Tante.

"Tante nggak akan bilang siapa-siapa, kok."

"Ah, Tante ini."

***

Mobilku keluar dari parkiran yang gelap dan dingin menuju jalanan yang panas dan penuh. Sepanjang jalan aku memikirkan waktu-waktu yang telah lewat. 

Aku teringat kata-kata Tante sebelum kita berpisah.

"Hati-hati di jalan, ya. Salam buat ibu bapakmu. Oh iya, ingat selalu kebahagiaanmu yang paling penting. Kamu cantik kalau bahagia."

Comments

See also

Supermarket

Truth or Dare

Resep Tahu Gejrot Luezaaat