Deskripsi Membesar-besarkan Masalah
Aku punya masalah, masalah itu kupendam dan kuhayati sendiri. Seberapa besar masalahnya? Ah, sepele. Mungkin cuma sebesar kerikil yang aku angkat tinggi-tinggi ke udara..
..dalam waktu yang sangat lama. Pedas dan kebas rasanya otot-otot yang menopang kerikil itu. Tidak tahu harus diberikan atau dilemparkan kepada siapa.
Tapi aku selalu belajar dari pengalaman. Ketika aku beri(lempar)kan kerikil itu ke seseorang yang aku anggap bisa diajak bercerita dan bersolusi, yang ada aku dapat masalah baru: kepalanya benjol dan dia balik melemparku dengan kerikil yang sama besarnya. Tapi sudah lemah, tambah lemah badanku sehingga aku cuma menangis. Apakah aku melempar terlalu keras? Apakah aku telah membuang-buang waktumu? Apakah aku tidak dapat dimengerti? Butuh diperjelas? Mau minta maaf, tapi aku ingin membela otot-otot lenganku yang sudah tidak kuketahui letaknya dimana.
Kerikilnya tidak banyak mungkin, hanya satu (karung). Tersaruk-saruk aku harus mengelola mereka semua, yang baru bisa aku turunkan satu persatu kalau aku sempat menangis di sela-sela aktivitas yang penuh keceriaan bersama khalayak. Aku takut kalau aku jatuhkan semuanya, nanti aku tergelincir atau orang lain malah ikut tergelincir kerikil-kerikilku.
Apakah aku membesar-besarkan masalah? Sensitif dan ricuh saat mencari solusi? Apakah aku berlebihan? Bagaimana menurut pendapatmu? Aku minta maaf, ya. Salahkan aku saja, jangan masalahku.
..dalam waktu yang sangat lama. Pedas dan kebas rasanya otot-otot yang menopang kerikil itu. Tidak tahu harus diberikan atau dilemparkan kepada siapa.
Tapi aku selalu belajar dari pengalaman. Ketika aku beri(lempar)kan kerikil itu ke seseorang yang aku anggap bisa diajak bercerita dan bersolusi, yang ada aku dapat masalah baru: kepalanya benjol dan dia balik melemparku dengan kerikil yang sama besarnya. Tapi sudah lemah, tambah lemah badanku sehingga aku cuma menangis. Apakah aku melempar terlalu keras? Apakah aku telah membuang-buang waktumu? Apakah aku tidak dapat dimengerti? Butuh diperjelas? Mau minta maaf, tapi aku ingin membela otot-otot lenganku yang sudah tidak kuketahui letaknya dimana.
Kerikilnya tidak banyak mungkin, hanya satu (karung). Tersaruk-saruk aku harus mengelola mereka semua, yang baru bisa aku turunkan satu persatu kalau aku sempat menangis di sela-sela aktivitas yang penuh keceriaan bersama khalayak. Aku takut kalau aku jatuhkan semuanya, nanti aku tergelincir atau orang lain malah ikut tergelincir kerikil-kerikilku.
Apakah aku membesar-besarkan masalah? Sensitif dan ricuh saat mencari solusi? Apakah aku berlebihan? Bagaimana menurut pendapatmu? Aku minta maaf, ya. Salahkan aku saja, jangan masalahku.
Comments