Beres-Beres
"Tau nggak? Sering kali, kalau lagi ngelap meja makan kayak begini, atau lagi nyapu, aku kepikiran tentang kamu dan wanita-wanita lainnya."
"Maksud kamu?"
"Misalnya, ibu. Belum kebayang aja sih, gimana sih rasanya tau kalau bapak itu adalah orang yang tepat? Bayangin aja kalau ibu nggak jadi sama bapak, aku nggak akan lahir."
Arum tergelak sambil menyusun tepak-tepak kosong dan kering di rak dinding.
"Kalau kamu gimana?"
"Aku nggak bisa jelasinnya, Mas. Seringkali, pada momen-momen life-changing seperti itu, semesta bantu jawab pertanyaan dan keraguan yang kamu lontarkan ke Gusti. Jadi, ketika kamu datang ke rumah waktu itu,"
"Mungkin kamu baru ketemu aku sekali-dua kali kan?" aku cengengesan sambil menyimpan cairan pembersih meja ke laci. "I've been knowing you since you were that curly haired little girl, chewing chocolate in front of your house, surrounded by flowers."
Arum tertawa lagi, menutup mulutnya sambil menutupi rona merah di pipi. "Iya. Tapi aku tau kamu nggak cuma modal nekat. And I knew spontaneously that you came on the right time. Yang aku syukuri lagi, calon besan orangtuamu dan orangtuaku waktu itu sudah saling kenal. Aku senang banget waktu itu."
"Haha, mungkin sampai kapanpun kita nggak akan bisa nemu kata-kata yang tepat buat ngejelasin momen itu. Cerita ke Jodie aja waktu itu belepotan kan?"
Kami berdua tertawa lagi.
"Udah malem. Yuk istirahat, ntar kalo berisik dia bangun."
"Maksud kamu?"
"Misalnya, ibu. Belum kebayang aja sih, gimana sih rasanya tau kalau bapak itu adalah orang yang tepat? Bayangin aja kalau ibu nggak jadi sama bapak, aku nggak akan lahir."
Arum tergelak sambil menyusun tepak-tepak kosong dan kering di rak dinding.
"Kalau kamu gimana?"
"Aku nggak bisa jelasinnya, Mas. Seringkali, pada momen-momen life-changing seperti itu, semesta bantu jawab pertanyaan dan keraguan yang kamu lontarkan ke Gusti. Jadi, ketika kamu datang ke rumah waktu itu,"
"Mungkin kamu baru ketemu aku sekali-dua kali kan?" aku cengengesan sambil menyimpan cairan pembersih meja ke laci. "I've been knowing you since you were that curly haired little girl, chewing chocolate in front of your house, surrounded by flowers."
Arum tertawa lagi, menutup mulutnya sambil menutupi rona merah di pipi. "Iya. Tapi aku tau kamu nggak cuma modal nekat. And I knew spontaneously that you came on the right time. Yang aku syukuri lagi, calon besan orangtuamu dan orangtuaku waktu itu sudah saling kenal. Aku senang banget waktu itu."
"Haha, mungkin sampai kapanpun kita nggak akan bisa nemu kata-kata yang tepat buat ngejelasin momen itu. Cerita ke Jodie aja waktu itu belepotan kan?"
Kami berdua tertawa lagi.
"Udah malem. Yuk istirahat, ntar kalo berisik dia bangun."
Ditulis sebagai bentuk partisipasi dalam 30 Hari Bercerita tahun 2019. #30HariBercerita #30HBC1927
Comments