Posts

Showing posts from December, 2022

Berpisah

Image
Orang-orang yang berpisah bisa memilih jalannya saat menanggung luka.  Berlari menjauh dan menghapus segalanya memang hal bagus untuk memulai yang baru, tapi hal ini tidak akan pernah bisa terjadi seratus persen. Mengubur dalam-dalam dan pergi jauh dengan alasan agar lebih cepat melupakannya hanya akan menimbulkan kacau balau apabila suatu saat bertemu dengannya (atau hanya secuil saja tentangnya) lagi. Karena kita semua masih ada di bumi, tidak mungkin tidak bersilang jalan. Tidak ada salahnya untuk tetap membiarkannya ada dan berpapasan (secara tidak sengaja) dengannya sesekali tanpa harus kabur. Yang terpenting adalah setelah berpisah, kamu merawat dirimu sendiri. Tidak harus jadi diri yang baru, tapi diri yang lebih menerima dan berdamai dengan apa-apa yang menyakitimu, sehingga tidak goyah ketika harus bertemu lagi. Tidak sakit hati, tidak rindu lagi, tidak mengharapkan yang sebelumnya sudah hilang untuk kembali. Bagaimana caramu menanggung luka? Ditulis sebagai bentuk partisi...

Dandan

Image
Ramai. Hitung mundur digital yang terpasang di dinding menunjukkan 2 menit sebelum iqamat. Mukena beragam warna, sarung beragam motif. Baris-baris mulai terisi, dari depan maupun belakang. Dari barisan perempuan, sekat yang pendek selutut membuat jamaah yang terus memasuki tiap sela barisan kosong terlihat jelas. Si gadis masih merapikan mukenanya setelah selesai tahiyatul masjid. Meraih kaca untuk melihat kerapian wajahnya dan memastikan tak sehelai rambut mengintip. Teman di sebelahnya sedari tadi memandangi saja hingga ia tidak bisa memandangi saja. "Hey, ke masjid itu mau ibadah, bukan cari ikhwan yang lihat ke kamu. Dandan mulu, hati-hati, lho." Si gadis cekikikan. "Memangnya tidak boleh terlihat rapi dan cantik ketika mau menghadap dan beribadah kepada Allah?" Si teman merengut, menyapukan tangannya ke sekitar wajah, sama memastikan tak sehelai rambut mengintip. Di ekor matanya terlihat seorang ikhwan rapi jali tinggi gagah memasuki ruangan masjid. Ditulis seb...

Reuni

Image
   Sangat jarang aku menerima ajakan ini. Bukan sesuatu yang sangat mengerikan, tapi aku merasa sangat takut dan tertekan. Takut ini sepertinya memang cuma dibuat sendiri, toh aku tidak akan tahu apa yang terjadi di luar lingkup kecil pikiranku. Aku pikir orang-orang tidak ingat tentangku, cuma selewat saja sebagai salah seorang yang ada di antara siswa-siswi sekolah ini, tidak lebih. Kalau diingat-ingat, sepertinya aku berteman dengan siapa saja dan tidak pernah bertengkar, tetapi tidak pernah juga punya teman dekat. Memang menyenangkan bisa punya hubungan baik dengan semuanya, tapi rasanya semua hanya karena aku orang yang baik, bukan karena aku terikat secara emosional dengan teman-teman dulu. Seperti menyapa orang yang berpapasan di koridor, tidak ada yang lebih. Sangat jarang aku menerima ajakan ini. Aku memutuskan untuk melindas rasa takut jadi orang yang dilupakan, daripada aku memandang acara itu terjadi dari kejauhan sambil menduga-duga apakah aku benar-benar jadi ora...

Bunga yang Rusak

Image
Ini adalah sebuah taman bunga, tapi aku adalah bunga yang rusak di antaranya. Tidak secantik itu, tidak semenawan itu. Rasanya sulit bersanding dengan bunga-bunga yang indah, tapi tidak mampu beranjak karena sejatinya tanaman tidak bisa berpindah tempat. Tiap hari bermandi cahaya matahari dan berselimut malam gelap, tetapi tetap saja tidak ada yang berubah: aku tetaplah bunga yang rusak. Hingga suatu hari aku dipetik untuk jadi bagian dari karangan bunga, yang artinya adalah aku akan segera pergi dari taman ini dan bertualang. Senang, tapi bingung. Di antara semua bunga yang indah, mengapa aku yang dipetik? Apakah supaya di taman itu bunga-bunga jadi seragam indahnya? Aku melalui jalan yang panjang sampai ke sebuah vas berisi bunga beraneka. Vas itu diletakkan di depan sebuah cermin, dimana akhirnya aku bisa melihat diriku sendiri. Selama ini rasanya aku sangat kerdil, beberapa mahkotaku rontok, dan sepertinya warnaku tidak cerah. Namun, aku keliru. Memang aku kerdil, tapi aku cantik b...

Gulma Payung

Image
"Nah, sekarang tolong kamu bantu Ayah mencabuti gulma-gulma ini, ya." Codrin yang sangat tinggi menutupi sengatan cahaya matahari bila dilihat dari sudut pandang Vara. "Ayah, mengapa kita mencabuti mereka?" Vara merengut. "Mereka lucu, seperti payung-payung kecil. Mungkin saja serangga atau peri kebun akan menggunakannya kalau hujan turun." Codrin tertawa bijaksana. "Vara memang sangat perhatian. Ayah setuju, mungkin saja gulma-gulma ini dibutuhkan. Hmm, bagaimana cara menjelaskannya. Anggaplah seluruh tanaman di kebun ini adalah anak-anak seusiamu yang sedang bertumbuh tinggi dengan cepat. Apakah untuk tumbuh tinggi butuh makanan yang banyak?" "Hmm, iya?" Vara menyahut sambil menyapukan tangannya ke permukaan gulma payung yang membentang seperti tajuk di belantara tanaman sayur dan herba. "Apabila ada sangat banyak anak di sekolah kebun ini, bagaimana cara mereka semua makan?" Codrin melanjutkan. "Tentu saja mereka harus...

Suatu Hari di Apikal

Image
Suatu hari di apikal. Berdesak-desakan adalah hal yang biasa di apikal. Setiap hari penghuninya datang dan pergi, berganda dan berubah. Hijau bergejolak pelan, merasa sesak dengan semua perubahan. Beberapa jam lagi tiba waktu baginya untuk bertemu dengan kembar identik yang lahir dari dirinya. Kesibukan berjam-jam lalu membuatnya lupa untuk menyapa tetangga di sekitar, walaupun sering bertukar sinyal dan bahan makanan. "Halo! Aku hijau." dia memperkenalkan dirinya. "Jambon." sahut tetangganya. "Jambon? Benar-benar sesuai namanya. Mengapa kamu merah muda? Bukankah kita berasal dari leluhur yang sama?" "Memang benar, tetapi kenyataannya kita bisa berbeda." "Baru sadar aku, ternyata disini tidak semuanya sama persis. Kulihat sebentar lagi kamu juga akan berganda. Apakah nanti kita akan ada di lamina yang sama?" "Betul. Pasti lamina yang akan kita tempat akan cantik sekali, karena ada banyak hijau dan merah muda." Hijau mengangguk...

Rencana

Image
Aku tersengal setelah meletakkan kardus berat dengan keras di atas meja. Brak! Mengapa udara sangat panas ketika aku harus mengangkat kardus ini menyebrangi kampus beratus meter? Mengapa hari ini semua berantakan? Coba kurunutkan lagi. Jam 6 pagi mengantar adikku ke stasiun, kemudian pergi ke kampus jam 7 untuk melanjutkan pekerjaan di lab. Lalu bertemu pengantar paket jam 9 di gerbang selatan dan bekerja lagi. Lalu makan siang bareng teman jam 1 siang di tempat bagus dekat kampus. Lalu kembali ke lab dan menyelesaikan pekerjaan sampai jam 3 sore. Semuanya terencana dengan rapi. Rencana-rencanaku mulus seperti mobil yang siap melaju di jalan tol, tapi kemudian takdir malah beri jalan berbatu hingga mobilnya terjungkal saat baru saja digas. Baru selesai mengantar adik dan sampai di kampus, aku tersandung hingga sol sepatu lepas sebelah. Alhasil aku harus membeli sandal di toko terdekat yang sudah buka dan baru sampai di lab jam 8 pagi. Giliran autoklaf diserobot dan aku harus menunggu 2...

Penjaga Pantai

Image
  Kresek, kresek. Turus besi kurus menjulang di antara lautan gelombang elektromagnetik, berusaha berkait dengan frekuensi mana saja: dangdut, emo, gending jawa, jazz, hingga berita terkini dan guyon-guyon anak muda penyiar yang membacakan pesan dari para pendengar. Udara mengalun ke dalam pos, menggusah sedikit gerah yang tidak habis-habis. Binokuler dari tadi menganggur saja, karena mata nyalang penjaga pantai sudah cukup mengawasi garis pantai ramai pengunjung. Sesekali digunakannya toa untuk meneriaki anak-anak yang mencoba keluar dari batas aman meskipun sudah diteriaki yang mengasuh. Pandangannya beralih ke sekelompok tim SAR yang baru mendarat ke pantai dari "aksi" perahu motor yang mengundang banyak mata dan sorakan. Memanaskan mesin, kata mereka. Anak muda memang ada saja alasannya, si penjaga pantai bergumam sambil bersandar ke bangku, menyimak intro dari lembaga siaran pusat yang akan menyampaikan berita harian ke seluruh stasiun radio. Berita hari ini cukup menega...

Janji

Image
Kami membuat janji untuk bertemu di pantai dekat rumah. Sudah bertahun lamanya, tidak terbayang perubahan seperti apa yang akan kutemui. Rencana pertemuan ini sangat aneh karena dia yang menginisiasinya setelah semua yang telah terjadi. Sewindu mungkin rentang waktu yang bagus untuk menyudahi semua luka dan rasa bersalah, tapi tidak untukku. Memangnya enak, sewindu merasa harus berpisah saja dan bertemu lagi sekaligus? 30 menit sebelum waktu yang dijanjikan, aku sudah berdiri saja di dekat batas ombak, membiarkan sedikit air laut membasuh kaki dan sandal. Matahari belum terlalu tinggi, kubiarkan menerpa kulit banyak-banyak. Ternyata yang datang lebih dulu bukan cuma aku, tapi juga si empunya rencana bertemu. "Cepet banget datengnya." "Kamu juga. Apa kabar?" "Nggak baik." "Kenapa?" Aku tidak tahu mau jawab apa. "Kenapa ketemunya harus di pantai?" "Biar bisa teriak kalau diperlukan." Aku ketawa saja. "Mau teriak apa?" ...

Ceban Tiga Foto

Image
Beberapa pekan lalu kami berkunjung ke sebuah pantai yang bisa dibilang kurang populer. Pantainya sempit dan bersih. Pasirnya coklat muda, lautnya biru, antaranya pirus. Kanan kirinya tebing terjal berbatu, ombaknya berdebur-debur mengantarkan karang-karang kecil ke tepian. Saking indahnya, tak sampai hati orang-orang menyampah, mungkin takut "dimarahi" yang punya. Hari masih pagi ketika kami sampai, sehingga masih sedikit orang-orang. Terlihat beberapa petugas SAR sedang berlatih menggunakan perahu motor, riuh pedagang menyiapkan kelapa muda, dan seorang juru foto yang menawarkan ceban untuk tiga foto digital. Awalnya tidak tertarik, tapi mumpung ada yang mengambilkan foto sekeluarga, kami terima tawarannya. Di luar dugaan, hasil fotonya sangat bagus, tentu saja didukung dengan kamera yang tidak kaleng-kaleng dan kelihaian sang juru foto. Akhirnya kami membeli sangat banyak foto digital, salah satunya yang saya bagikan disini.  Sekitar jam 11, matahari semakin menyengat. Pay...