Posts

Showing posts from 2020

A Time for Myself

Image
These times are like a long long long holiday. People are stuck inside their houses. Me, a homebody, are sparked with plans. Paint, write, read novels, learn a new song, journal, scrapbook, plant veggies, bake cakes, there's a lot more to my bucket list. Things that I'd like to do by myself, to make myself happy. Looks like having a time for myself is quite hard at home. Been so many months and my bucket list is still unchecked well. I keep on thinking about other people and how I can be there every time. What if someone needed my help when I am all by myself painting? Who else will be that one-call-away buddy? When I am having a time for myself, I miss a lot of chance to be helpful and useful, and I feel guilty for that. These thoughts set distance from my time for myself. More dangerously, they put me into "available" mode almost all the time: sitting by my phone or something else less "time for myself" to be one-call-away. Sometimes I just want to go away...

Bill

Image
It's a big day, I bet this day is going to be tiring. The sun is still littly peeking through a row of windows, creating some dramatic diagonal light pillars. After we had breakfast, I head to the place where I will be owned by the next couple of hours: a big tall bookcase, covering the whole wall in one side of the living room. Mom is in charge of the kitchen and the fridge, dad is out there with the plants, big sis is with a mountain of laundry, and lil bro is surrounded by pets waste. The pets? Well, I hope they don't mess up. A bookcase might sounds pretty "meh" compared to the other tasks, but this particular bookcase is no joke. Everything is mixed here: books (of course), photo albums, tons of notebooks, old CDs, old cassettes, electronic devices (broken and not), rarely used kitchenware, stationeries, board games, toys from when we are babies, until stacks of old blankets and curtains. Complete chaos. My specialty is to deal with them until the bookcase is at ...

Aku Saja

Jangan mengumpat padaku. Biar aku saja yang mengumpat padaku mewakilkan keinginanmu. Lagipula aku pantas mendapatkannya.

The Book I Will Never Finish

The book is just a stretch of my hand. Tiny green bookmark pops up near the quarter part of the book. I hesitated a bit, but then decided to take it. I have not read much of this book, more exactly, refrain from reading it too quickly. One chapter went by just minutes. I desperately want to continue, but I put on my bookmark, close the book, and put it back again nicely. The book sit perfectly for me to stare at. I just cannot finish this. Not because the story is boring nor it brings bad influence, but I don't want to finish it. I don't want it to be over. I've been reading since the earliest memory of my childhood. The moment I recognized how to read, I spelled out every signs and boards on the road. Before ten, I've finished a (non-R rated, of course) novel series in just two weeks, not enough to fill my school break. I've been craving more and more books. I read like I only got minutes left to finish it. I read so much that my mind can create sentences just from...

소혜 와 무연 (So-Hye and Moo-Yeon)

Image
He said to her that when he died, he wanted to be born again as anything: a flower, a butterfly, a grass, a bird, a tree, a rock, or even a slight wind, name it. Anything, as long as it is close to her. What has he done? He gone. She was broken, as broken as she could be. She mourned to the bone. She hated everything, including herself. Even the morning sun won't warm her. But between those dark days, or maybe even after dark days become peaceful companions, she started to love everything around her. The flower bloomed this morning. It is very pretty. Thank you for blooming for me. There is a butterfly sitting on the window frame, looking at me. Thank you for visiting me today. The wind is very soothing. Dandelions are flying away with it like fairies. Thank you for wrapping such beautiful scenery around me. I almost not eating. I thought you become a tomato. I don't want to eat you, so I just kiss the tomato. Then almost every veggies. Which one is you? Seok-Ha is getting stro...

Spontaneous Writing about Human Needs vs Environment

This text was written for online TOEFL exercise. I was given 30 minutes to write my opinion about what is more important: human needs like farmland, housing, and industry or the forest and endangered animals? DISCLAIMER: I did very little research for this writing     o f course, this is a spontaneous writing for TOEFL exercise. No cheating, no peeking. (I did a bit actually, just to make sure I didn't misspell.) Humans are probably the most complex living things on earth. They are blessed with intellectual and emotional intelligences that they have the ability to manage other living things to improve their own living quality. With that intelligences, human population grow massively over the decades. Each decade creates new technologies and innovations to make ease of the fulfillment of human needs, such as farmland, housing, and industry. Some humans pay a huge attention to these three things as the main needs above others. Even though it is important to fulfill human needs u...

Bincang Malam

 "Ada yang udah 21 tahun tapi merasa masih anak-anak." sahut Papa. Bukannya merasa tersinggung, Adek malah mendukung penuh statement Bapak. "Bener, Pa. Rasanya masih childish padahal udah tua gini . " "Memangnya menurut Mbak dan Adek, definisi dewasa itu seperti apa?" Aku memandang kimlo yang tinggal separuh, memutar-mutar sendok. "Mandiri finansial. Orang yang sudah mikirin tagihan listrik, bayar cicilan, belanja sendiri. Bertanggungjawab penuh atas dirinya sendiri. Kaitannya sama uang, sih. Mungkin karena selama ini kita hidup dalam privilege , nggak usah risau soal kebutuhan primer yang perlu dibayar, jadi melihat orang-orang yang kayak gitu kesannya dewasa." Adek menyetujui, mengangguk penuh semangat. "Makanya sekarang rasanya masih kayak bocah." "Gini ya, dewasa itu bukan cuma soal finansial. Dewasa itu adil. Adil disini adalah menempatkan diri dengan baik sesuai dengan perannya. Misal sekarang lagi jadi anak, ya bersikaplah s...

I'm Sorry

I wish I could say sorry, because I really am. There was so many things I want to tell you when you came, but all I did was silent and looking away, distracting myself to not communicate with you. I thought you were thinking the same, but this is a hundred percent my perception and foolish wish. I still feel that I'm sending signals away, radiate everywhere, so that you can catch it anytime. You can always find me again. It's no use anyway, but I keep wasting my energy on it. My logical mind says that you are no longer be needed in my life or vice versa, my conscious mind agreed, but my subconscious mind don't. My signals be uncontrollable since we go separate ways. I'm so, so, sorry. I hope we can still get along, or I hope we can be disappear from each other, which we actually cannot because there will always ways to get a glimpse of you. My subconsciousness still thinks that things aren't over yet and we still need one more dialogue, and I am so sorry for that. H...

Cerita tentang Apa yang Aku Alami Saat Menjadi Mahasiswa Tingkat Akhir

Terhitung satu hari sudah setelah semua, bisa dibilang, kekacauan yang membingkai garis finish perjalanan akademik strata satu dari diriku sendiri. Aku, yang masih memandang kata-kata seperti "revisi" dan "bimbingan" sebagai sesuatu yang asing dan hanya dialami oleh orang-orang dengan "level hidup" yang lebih tinggi dariku, dan menganggap seluruh "revisi" dan "bimbingan" yang telah aku alami berkali-kali hanyalah jalan timik-timik, not a big deal . Melalui tulisan ini aku ingin bercerita tentang status cara berpikir dan bertindakku, apa yang dominan aku rasakan dan dampak dari perasaan itu, serta hal-hal lainnya yang sampai di paragraf ini rasanya masih abstrak tapi ingin aku bagi, sehingga kamu-kamu yang membaca bisa mengambil sesuatu untuk mencerahkan masa tingkat akhir yang sedang atau akan dialami. Peringatan: isinya mirip diary, bukan narasi-narasi berbahasa elegan. Semester 4 pertengahan, aku dapat ajakan dari teman setingkat untu...

Dari Putih

Image
Meysa, sayang.⁣ ⁣ Kamu apa kabar? Semoga makin lincah melompat satu kaki. Bagaimana di playgroup, apakah menyenangkan? Pasti kamu makin pintar.⁣ ⁣ Terima kasih atas seluruh kenangan yang telah kamu ceritakan kembali. Dan salam-salam yang kuharap bisa langsung aku balas kepada kakekmu dan ibu dengan suara cemprengku ini. ⁣ ⁣ Aku baik-baik saja. Aku memiliki banyak teman baru (setelah melewati satu dua minggu terberat dalam hidupku, kau tahu). Makanan melimpah ruah disini, meski kadang kami suka dibanjur air cucian piring kalau datang keroyokan.⁣ ⁣ Aku akan pergi jauh, Meysa. Kawan-kawan petualang mengajakku menjajaki wilayah baru yang sangat jauh dari tempat hidupku yang sekarang. Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku, aku akan baik-baik saja. Titip ibu, Coklat. Dia wanita dan ibu terbaik yang pernah ada. Aku akan selalu mengingat dan memikirkannya. Semoga suatu saat aku bisa bertemu semuanya. Meysa, kakek, ibu, adik-adik.⁣ ⁣ Rindukan aku.⁣ ⁣ Sampai jumpa,⁣ Putih.⁣ Ditulis sebagai bentuk p...

Dari Meysa

Image
Putih, sayang.⁣ ⁣ Kita sudah berteman sejak hari pertamamu dan genap setahun pertamaku hidup di dunia. Sekarang usiaku sudah tiga tahun, kata orang berarti usiamu setara dua puluh delapan tahun. ⁣Wow, kita berbeda dua puluh lima tahun! ⁣ Apa yang sedang kamu pikirkan, ya? Mungkin cara untuk menguasai atau mempertahankan wilayah? Cara melawan musuh yang berdatangan dari kampung sebelah? Cara mendapatkan si manis tetangga seberang?⁣ ⁣ Itu kalau kamu masih bersamaku. Sekarang, mungkin kamu sedang memikirkan akan cari makan di warung kaki lima yang mana? Cara mendapatkan lele goreng dari warung nasi uduk yang pemiliknya super galak? Cara melawan tatapan sinis dan geraman dari penduduk lokal emperan kota?⁣ ⁣ Ah, aku rindu sekali padamu. Kamu adalah anak paling penurut yang pernah aku lihat, karena kamu selalu membersamai ibumu kapanpun dan dimanapun. Suaramu yang imut. Gerakanmu yang lincah.⁣ ⁣ Ada salam dari kakek. Meskipun kakek yang memindahkan kamu ke kota, beliau sangat berterima kasih...

Beres-Beres

Image
"Tau nggak? Sering kali, kalau lagi ngelap meja makan kayak begini, atau lagi nyapu, aku kepikiran tentang kamu dan wanita-wanita lainnya."⁣ ⁣ "Maksud kamu?"⁣ ⁣ "Misalnya, ibu. Belum kebayang aja sih, gimana sih rasanya tau kalau bapak itu adalah orang yang tepat? Bayangin aja kalau ibu nggak jadi sama bapak, aku nggak akan lahir."⁣ ⁣ Arum tergelak sambil menyusun tepak-tepak kosong dan kering di rak dinding.⁣ ⁣ "Kalau kamu gimana?"⁣ ⁣ "Aku nggak bisa jelasinnya, Mas. Seringkali, pada momen-momen life-changing seperti itu, semesta bantu jawab pertanyaan dan keraguan yang kamu lontarkan ke Gusti. Jadi, ketika kamu datang ke rumah waktu itu,"⁣ ⁣ "Mungkin kamu baru ketemu aku sekali-dua kali kan?" aku cengengesan sambil menyimpan cairan pembersih meja ke laci. "I've been knowing you since you were that curly haired little girl, chewing chocolate in front of your house, surrounded by flowers."⁣ ⁣ Arum tertawa lagi, m...

Kulkas

Image
Waktu itu tinggi badanku belum sampai seratus senti. Ibu suka menaruh berbagai mainan dan barang di atas kulkas supaya aku sulit menggapainya. Kulkas itu lurus dan licin, tidak ada yang bisa dipakai untuk memanjat. Apa yang ada di pikiranku saat itu adalah, kalau aku nakal, mainan-mainan akan pindah ke atas kulkas. Kalau aku baik, nanti mainan-mainan pindah lagi ke boks oranye yang dijejerkan di karpet.⁣ ⁣ Setahun kemudian, seluruh telapak tanganku sudah bisa menempel ke permukaan atas kulkas tanpa harus berjinjit. Tinggi badan adikku belum sampai seratus senti. Kalau adikku nakal, aku taruh mainannya di atas kulkas sambil tersenyum jumawa. Ah, jadi begini ya rasanya? Lalu adikku menangis. Akhirnya Ibu menurunkan beberapa mainan adik. Aku jadi mengikutinya, menurunkan sisa mainan dari atas kulkas ke karpet.⁣ ⁣ "Kakak hebat." begitu kata Ibu.⁣ Ditulis sebagai bentuk partisipasi dalam 30 Hari Bercerita tahun 2019. #30HariBercerita #30HBC1926

Aku

Image
Dulu anak ini kalau makan disuapi bersama dengan anak-anak tetangga lainnya. Kalau susah makan, ibu tetangga menyahut dari jauh: "Makan lah, dak makan mati kau!"⁣ ⁣ Dulu anak ini masih tiga tahun sudah bisa mengunci pintu rumah ketika ditinggal sendiri karena ibu mau melongok warung sayur di ujung komplek, tapi tidak bisa membukanya lagi.⁣ ⁣ Dulu anak ini bilang ingin jadi dokter gigi sejak berteriak nyalang: "TOLONGGG DOKTER TOLONGGG SUSTER TOLONGGG!" padahal mereka semua ada disitu, siap mencabut gigi pertamanya. Lalu ingin jadi arsitek, secara ala-ala merancang rumah impian berbentuk segi delapan. Lalu ingin jadi arkeolog biar kelihatan gagah. Lalu ingin jadi penulis. Pianis. Jurnalis. Desainer baju. Desainer interior. Insinyur pencipta mesin penyedot sekaligus pencacah tumpukan daun kering di pinggir jalan.⁣ ⁣ Sekarang anak itu masih suka berangan-angan tentang masa depannya, padahal dia sudah ada di masa depan yang seakan tak terbayangkan olehnya waktu lebih ke...

Bunga

Image
Pagi ini tidak ada bunga di depan pintu apartemen Andrine. Kali pertama sejak nyaris setahun ini. Hari dimana Andrine akan segera menanyakan maksud dari satu tangkai mawar per hari kepada si pemberi. Andrine bahkan sudah menyiapkan pertanyaannya: "Apa maksud dari 356 tangkai bunga itu? Kamu biarkan aku menunggu jawaban sampai pusing sendiri. Mau sampai kapan kamu kucing-kucingan begini?"⁣ ⁣ Tapi bunganya tidak genap 356. Begitu pula angan-angan Andrine tentang cinta yang akan segera diungkapkan.⁣ ⁣ Andrine menutup pintu. Membukanya kembali setengah jam kemudian untuk membuang kantung sampah kering.⁣ ⁣ Dan untuk menjumpai Mevis yang berdiri semampai di depan pintu apartemen.⁣ ⁣ "Masuk."⁣ ⁣ Mevis merapikan sepatu di balik pintu. "Omong-omong, aku tidak menyangka kalau kamu akan menyuruhku masuk begitu saja. Memang ada apa.. Astaga."⁣ ⁣ Mevis tidak bisa mempercayai apa yang barusan dia lihat. Sebuah kolase sebesar dinding apartemen, tersusun dari lembar-lemba...

Bumi

Image
Di bumi semuanya diawali, dan atau diawali ulang. Kepedulian yang diawali ulang. Kesadaran akan keegoisan yang diawali ulang. Cinta yang masih belum terlambat.⁣ ⁣ Kadang bumi harus lelah-lelah meletuskan dan menghancurkan gunung supaya dicintai. Kadang bumi harus menangis hingga membanjiri daratan supaya dihormati. Kadang bumi harus menggeram, bergetar menahan marah supaya parasit di permukaannya tidak terlalu banyak yang mati untuk kemudian bangkit dan menuntut bumi karena sudah tidak berperikeparasitan.⁣ Ada kalanya kita sekali-kali perlu menyempatkan diri untuk mengunyah begonia, menyesap gedebog pisang, memetik cecenet, menyuling air genangan, menganyam daun kelapa, membakar cacing besar, untuk menyadari kembali bahwa inilah Ibu Bumi. Penyedia, penaung, pelindung yang paling perkasa.⁣ ⁣ Cintaku mengakar kuat menggenggam bumi. Menumbuhkan cabang kuat menembus langit. Berbunga, menghasilkan buah, memperbanyak cinta yang jatuh dan tumbuh mengakar kembali di tanah bumi.⁣ Ditulis seba...

Memori Jatinangor

Lama sudah tidak melalui jalanan Jatinangor sore mendung-mendung. Semuanya seakan melambat. Tukang cilor, warung seblak, warung lamongan, kedai thai tea, warung kopi. Laundry, tempat penyewaan alat kemah, toko kelontong, tukang cukur anak muda.⁣ ⁣ Jalan kaki, cara paling ampuh agar tidak kehilangan semeterpun jalanan tidak ramah pejalan kaki yang penuh sesak dengan warung kaki lima untuk dinikmati memorinya. Pernah celingukan mencari kosan teman lah, rapat di warung makan mana lah, nugas sampai larut lah, diantar pulang lah, apa saja lah.⁣ ⁣ Hujan makin deras. Angkot melaju kencang, lalu melambat, menyisir atap-atap tempat fotokopian dimana banyak calon penumpang yang lagi meneduh. Mahasiswa berjalan cepat menuju kosan masing-masing, memayungi dokumen di dekapan dengan kepala atau kerudung. Menyerap ke dalam cikuda, cisaladah, ciseke kecil, ciseke besar, cikeruh, sayang, caringin, gkpn, dan ribuan jalan kapiler padat pendatang lainnya.⁣ ⁣ Andai aku punya waktu lebih lama untuk memeluk ...

Terhalang

Image
Suatu hari aku jalan melewati rumah-rumah di komplek. Sebuah pemandangan dari kejauhan menarik perhatianku. Seekor kucing duduk mematung di hadapan pagar besi berlapis plastik. Bulunya bersih, telon. Nampaknya betina. Aku menghampirinya, ingin mengelus bulunya yang lembut. Pasti dia kucing blasteran, korban kawin lari angora yang kabur dengan kucing kampung yang sering berkeliaran di sekitar komplek, bertengkar berebut wilayah kekuasaan.⁣ ⁣ Aku sudah berjarak sehasta dari si kucing. Dia tidak bergeming, terus memandang lurus ke arah lubang seukuran kepala kucing di plastik penutup pagar. Di balik pagar itu, seekor kucing jantan kuning balas menatap si kucing telon, mematung. ⁣ ⁣ Astaga, ternyata mereka sedang saling menatap! Aku nyaris tertawa melihat mereka berdua. Ya ampun, bagaimana tidak? Pemandangan ini nampak seperti adegan kisah backstreet pasangan muda-mudi, tapi bedanya adalah yang dipingit itu si cowok, bukan si cewek.⁣ ⁣ Aku pergi tidak mau mengganggu, takut dikira nyamuk.⁣ ...

Mengintip

Image
Bolehkah aku mengintip ke dalam rumit dan berkeloknya pikiranmu? Boleh? Aku akan sangat senang untuk terkejut melihat betapa menakjubkan cara otakmu bekerja. Oh, dan juga dibagi kesulitanmu untuk diurai bersama.⁣ ⁣ Bolehkah aku mengintip ke dalam misteriusnya algoritmamu? Boleh? Aku akan sangat senang untuk belajar cara memahami berbagai cara memahami orang lain, khususnya orang yang aku beri pesan ini.⁣ ⁣ Bolehkah aku berpetualang mencari cara menjadi solusi kegundahanmu? Boleh? Aku akan sangat senang untuk menjadi air di antara gejolak api bagimu, kalau tidak keberatan.⁣ ⁣ Aku menyirami semak belukar itu setiap hari, siapa tahu kelak berbunga. Biar kecil atau besar, harum atau samar, tetap manis dipandang dan dirasa.⁣ Ditulis sebagai bentuk partisipasi dalam 30 Hari Bercerita tahun 2019. #30HariBercerita #30HBC1920

Mimpi

Image
Aku bangun dengan perasaan yang jarang-jarang: naksir orang baru dikenal yang muncul di mimpi. Beneran rasanya aneh sekali, seperti cinta pada pandangan pertama. Beribu kali dicoba untuk mengingat wajahnya, yang kuingat hanya pesonanya saja. Ohiya, matanya coklat berkilauan. Sudah, tidak lebih. ⁣ ⁣ Yang kuingat, kita cuma mengobrol bersama orang-orang lainnya sambil menunggu sesuatu. Habis itu, saat ide percakapan sudah habis, aku menggumamkan sebaris lagu asal yang terngiang. Setelah hening selama beberapa detik, dia melanjutkan nyanyianku. Jadilah kita nyanyi bersama. Aneh sekali, kan?⁣ Yang lebih aneh lagi, kita berpisah karena tiba-tiba seorang datang dalam keadaan mabuk tapi lebih mirip keracunan. Meracau, sempoyongan. Kita berpisah karena aku menyuruhnya membeli air kelapa hijau.⁣ ⁣ Akankah kita bertemu lagi, jadi aku bisa mengingat seluruh wajahmu?⁣ ⁣ Ditulis sebagai bentuk partisipasi dalam 30 Hari Bercerita tahun 2019. #30HariBercerita #30HBC1919

Tenang

Image
Ini adalah ketiga kalinya saya merasa tenang ketika grup obrolan whatsapp rusuh membahas turunnya harga daun bawang. Tidak main-main, nyaris setengah harga normal. Banyak petani kemudian bingung bagaimana cara menjual habis daun bawang tanpa nombokin harga modal dan tetap bisa hidup cukup sekeluarga. Tengkulak, bagi mereka, adalah satu-satunya harapan. Belum lagi kalau si tengkulak adalah saudara dekat petani, untung tak untung tetap dijual karena hubungan keluarga.⁣⁣ ⁣⁣ Saya segera beralih ke daftar kontak. Menelepon.⁣⁣ "Halo, Pak?"⁣⁣ "Mas Daniel! Saya ada panen daun bawang cukup banyak, bisa tampung?"⁣⁣ "Berapa kuintal, Pak?"⁣⁣ "Delapan."⁣⁣ "Siap, laksanakan. Kami kesana sore ini."⁣⁣ ⁣⁣ ***⁣⁣ ⁣⁣ "Jadi sampeyan jual ke si Nilnil itu?" seorang petani menyenggol saya di saung tempat kami biasa nongkrong sambil ngopi.⁣⁣ "Jadi. Mereka beli harga pasar, jadi untung kita."⁣⁣ "Yang betul? Lantas mau dijual kemana? Ke ...