Posts

Showing posts from June, 2020

Terhalang

Image
Suatu hari aku jalan melewati rumah-rumah di komplek. Sebuah pemandangan dari kejauhan menarik perhatianku. Seekor kucing duduk mematung di hadapan pagar besi berlapis plastik. Bulunya bersih, telon. Nampaknya betina. Aku menghampirinya, ingin mengelus bulunya yang lembut. Pasti dia kucing blasteran, korban kawin lari angora yang kabur dengan kucing kampung yang sering berkeliaran di sekitar komplek, bertengkar berebut wilayah kekuasaan.⁣ ⁣ Aku sudah berjarak sehasta dari si kucing. Dia tidak bergeming, terus memandang lurus ke arah lubang seukuran kepala kucing di plastik penutup pagar. Di balik pagar itu, seekor kucing jantan kuning balas menatap si kucing telon, mematung. ⁣ ⁣ Astaga, ternyata mereka sedang saling menatap! Aku nyaris tertawa melihat mereka berdua. Ya ampun, bagaimana tidak? Pemandangan ini nampak seperti adegan kisah backstreet pasangan muda-mudi, tapi bedanya adalah yang dipingit itu si cowok, bukan si cewek.⁣ ⁣ Aku pergi tidak mau mengganggu, takut dikira nyamuk.⁣ ...

Mengintip

Image
Bolehkah aku mengintip ke dalam rumit dan berkeloknya pikiranmu? Boleh? Aku akan sangat senang untuk terkejut melihat betapa menakjubkan cara otakmu bekerja. Oh, dan juga dibagi kesulitanmu untuk diurai bersama.⁣ ⁣ Bolehkah aku mengintip ke dalam misteriusnya algoritmamu? Boleh? Aku akan sangat senang untuk belajar cara memahami berbagai cara memahami orang lain, khususnya orang yang aku beri pesan ini.⁣ ⁣ Bolehkah aku berpetualang mencari cara menjadi solusi kegundahanmu? Boleh? Aku akan sangat senang untuk menjadi air di antara gejolak api bagimu, kalau tidak keberatan.⁣ ⁣ Aku menyirami semak belukar itu setiap hari, siapa tahu kelak berbunga. Biar kecil atau besar, harum atau samar, tetap manis dipandang dan dirasa.⁣ Ditulis sebagai bentuk partisipasi dalam 30 Hari Bercerita tahun 2019. #30HariBercerita #30HBC1920

Mimpi

Image
Aku bangun dengan perasaan yang jarang-jarang: naksir orang baru dikenal yang muncul di mimpi. Beneran rasanya aneh sekali, seperti cinta pada pandangan pertama. Beribu kali dicoba untuk mengingat wajahnya, yang kuingat hanya pesonanya saja. Ohiya, matanya coklat berkilauan. Sudah, tidak lebih. ⁣ ⁣ Yang kuingat, kita cuma mengobrol bersama orang-orang lainnya sambil menunggu sesuatu. Habis itu, saat ide percakapan sudah habis, aku menggumamkan sebaris lagu asal yang terngiang. Setelah hening selama beberapa detik, dia melanjutkan nyanyianku. Jadilah kita nyanyi bersama. Aneh sekali, kan?⁣ Yang lebih aneh lagi, kita berpisah karena tiba-tiba seorang datang dalam keadaan mabuk tapi lebih mirip keracunan. Meracau, sempoyongan. Kita berpisah karena aku menyuruhnya membeli air kelapa hijau.⁣ ⁣ Akankah kita bertemu lagi, jadi aku bisa mengingat seluruh wajahmu?⁣ ⁣ Ditulis sebagai bentuk partisipasi dalam 30 Hari Bercerita tahun 2019. #30HariBercerita #30HBC1919

Tenang

Image
Ini adalah ketiga kalinya saya merasa tenang ketika grup obrolan whatsapp rusuh membahas turunnya harga daun bawang. Tidak main-main, nyaris setengah harga normal. Banyak petani kemudian bingung bagaimana cara menjual habis daun bawang tanpa nombokin harga modal dan tetap bisa hidup cukup sekeluarga. Tengkulak, bagi mereka, adalah satu-satunya harapan. Belum lagi kalau si tengkulak adalah saudara dekat petani, untung tak untung tetap dijual karena hubungan keluarga.⁣⁣ ⁣⁣ Saya segera beralih ke daftar kontak. Menelepon.⁣⁣ "Halo, Pak?"⁣⁣ "Mas Daniel! Saya ada panen daun bawang cukup banyak, bisa tampung?"⁣⁣ "Berapa kuintal, Pak?"⁣⁣ "Delapan."⁣⁣ "Siap, laksanakan. Kami kesana sore ini."⁣⁣ ⁣⁣ ***⁣⁣ ⁣⁣ "Jadi sampeyan jual ke si Nilnil itu?" seorang petani menyenggol saya di saung tempat kami biasa nongkrong sambil ngopi.⁣⁣ "Jadi. Mereka beli harga pasar, jadi untung kita."⁣⁣ "Yang betul? Lantas mau dijual kemana? Ke ...

Bibit Tomat

Image
Nyaris di seluruh lahan, tomat ditanam bibitnya, bukan benihnya. Lantas benih dan bibit bedanya apa? Benih itu bijinya yang bisa tumbuh jadi tanaman (jadi tidak semua biji itu benih), kalau bibit itu benih yang disemai dulu sebelum ditanam. Lah, disemai itu apa?⁣⁣ ⁣⁣ Lanjut saja ya.⁣⁣ ⁣⁣ Benih tomat disemaikan di kotak-kotak kecil pot tray berisi arang sekam, tanah, cocopeat, atau paduan mereka, hingga berdaun dua sampai empat, kurang lebih seminggu. Bibit tomat berambut halus, daunnya imut dan batangnya ringkih. Kalau sudah siap, bibit tomat dipindah tanam ke tanah di lahan. Bisa sendiri, bisa bersama tanaman lainnya seperti kubis, cabai, bawang daun, atau selada dalam sistem tumpangsari. Menanam bibit tomat harus perlahan, jangan sampai akar mungilnya patah supaya tidak mudah terkena penyakit soil-borne, alias yang sumbernya dari tanah.⁣⁣ ⁣⁣ Kami waktu itu numpang lahan petani untuk bersenang-senang, maksudnya membantu menanam bibit tomat bersama. Si Bapak kemudian berseru kepada pet...

Halal Barokah

Image
"Kau yakin ini akan berhasil dalam waktu satu tahun?" Samson masih menyangsikan target keuntungan setahun kedepan.⁣ Aku manggut, tegas. "Insya Allah. Selama masih ada tekad, itikad baik, dan kalian semua, semuanya akan berjalan lancar sesuai rencana."⁣ ⁣ Karung terakhir naik sudah. Pick up pinjaman kami siap melaju ke markas konsumen tetap kami, menembus pagi buta.⁣ ⁣ "Dua kuintal, janten totalna satu koma lima nyak, Bu." aku menyerahkan amplop coklat berisi uang pas. Bu Kokom cerah wajahnya.⁣ "Hatur nuhun, cep. Hati-hati di jalan, lancar-lancar kuliahna. Kade ulah telat deui!"⁣ ⁣ Kami tertawa sambil menaiki pick up. Melambaikan tangan perpisahan sementara.⁣ ⁣ Selamat pagi semuanya. Saya Acep, dan teman saya, Samson, pagi ini sedang melaksanakan sebagian kecil dari roda bisnis bertema "Agro-socio-preneur" milik kami (totalnya ada lima orang) yang sudah berjalan selama satu tahun. Agro artinya Pertanian, Socio artinya Sosial, Preneur art...

Ganti Lampu

Image
Sore ini aku pulang sekolah lebih lambat. Mamak dan kakakku, Kuntum, sudah menunggu di tangga teras rumah panggung kami. Ada apa ini?⁣ "Ndang, kamu ingat hari ini?"⁣ "Apa, Kak?"⁣ "Piket ganti lampu."⁣ ⁣ Deg, satu degupan jantung paling keras hari ini. Oh iya! Setiap bulan, lampu keramat keluarga kami harus diganti. Letaknya di luar kampung, di tengah hutan, dekat sungai yang menghulu ke puncak gunung. Sekali kesana makan waktu berjam-jam. Aku akan pulang tengah malam kalau berangkat setelah makan.⁣ ⁣ "Aku berangkat sekarang, Mak."⁣ "Makanlah dulu."⁣ "Nggak, nanti terlalu malam baliknya. Aku bekal saja makanan Mamak."⁣ Jadilah aku berangkat membawa rantang bekal, botol minum, petromak, serbet, tang obeng, dan tentu saja lampu baru.⁣ ⁣ Mungkin kalian akan bertanya-tanya, untuk apa ganti lampu sebulan sekali? Bukannya lampu bisa tahan berbulan-bulan? Jawabannya: yang mau bukan kami sekeluarga, tapi yang menunggu disana.⁣ ⁣ Sampai...

Refleksi

Image
Cermin bisa merefleksikan wajahmu kalau bening tanpa retak.⁣ Air bisa merefleksikan kanopi hutan kalau jernih tanpa riak.⁣ Wajah bisa merefleksikan sukma kalau ayem tanpa ego menyalak.⁣ Hal-hal selalu terefleksikan secara refleks, tanpa paksaan, tanpa stres.⁣ Refleksi selalu paling jujur, sains saja sudah bilang sudut datang dan sudut pantul akan sama, tidak ada yang dikorupsi.⁣ ⁣ Apa yang bisa direfleksikan dari refleksi? Mungkin seperti cermin dihadapkan dengan cermin, akan tercipta pantulan tak terhingga, bayangan tak terbatas. Kalau aku bercermin ke matamu, apakah akan terlihat aku sebanyak tak terhingga? Apakah nanti akan terlihat kamu sebanyak tak terbatas? Yuk ketemu, biar bisa dibuktikan. Hehe.⁣ ⁣ Ditulis sebagai bentuk partisipasi dalam 30 Hari Bercerita tahun 2019.  #30HariBercerita⁣ #30HBC1914⁣

Bahagia

Image
Berbelas hari sudah lewat dari periode paling kelam dalam sejarah hidup kampungku. Ketika pembangunan sedang gencar-gencarnya, sekelompok orang dari negara lain datang mencincang seluruh bangunan, ruko, sekolah-sekolah kami. Menyisakan tiang-tiang beton yang tulang bajanya mencuat tak berbentuk. Camp pengungsian kumal bertebaran di sekitar kampung yang hampir rata dengan tanah. Sulit air, sulit listrik (lebih tepatnya tidak ada), sulit bahagia. Beberapa ibu masih meratapi anak dan suaminya yang terbunuh atau diculik. Beberapa terlihat mulai menurun kesehatan akalnya, berjalan tak berarah dengan mata kosong.⁣ ⁣ Aku memberanikan diri menyusuri kembali salah satu dari ratusan puing bangunan yang tersebar merata, bekas asrama sekolahku hari-hari lalu. Melihat tiang-tiangnya, aku masih bisa membayangkan letak lorong kamar, ruang kepala asrama tempatku disetrap, kamar lima murid perempuan paling berisik dan saling sayang, dapur dan kantin. Yang tidak kuketahui letaknya adalah kebahagiaanku. ...

Calon

Layar menunjukkan garis lurus sempurna. Si pasien akhirnya lurus sempurna menembus dimensi dunia, membuka dimensi tanpa raga baginya.⁣⁣ ⁣⁣ Dokter dan seorang suster tangan kanannya terhenyak di kursi. Segala upaya mempertahankan kehidupan laki-laki di depan mereka telah dikerahkan, tapi sepertinya cuma menunda pekerjaan pencabut nyawa sejenak.⁣⁣ ⁣⁣ "Bagaimana jika dia adalah calon ilmuwan? Calon atlet internasional? Calon kepala sekolah? Calon menteri? Calon presiden? Calon sekjen PBB?" dokter itu mendekap dua tangan di dadanya. Delapan belas tahun karirnya sebagai dokter spesialis bedah, ia memiliki motivasi kuat dalam menyelamatkan hidup setiap pasiennya: bisa saja dia sedang menyelamatkan calon orang hebat.⁣⁣ ⁣⁣ "Dok, sebaiknya jangan bebani si arwah dengan pemikiran berat seperti itu. Lagipula, sampai sekarang belum ada yang mengakuinya. Dia ditemukan sendiri, pergi sendiri. Mungkin itulah yang terbaik untuknya."⁣⁣ ⁣⁣ Dokter itu terlempar ke lubuk memori. Ketika...

Manajemen Waktu

Aku memasuki ruangan Matthew, manajer divisi yang sudah dua tahun ini banyak berinteraksi dengan seluruh bawahannya, termasuk aku. Di dalam, dia tampak santai. Aku terus meyakinkan diri sendiri kalau pertemuan ini akan baik-baik saja.⁣ ⁣ "Sore, Matt." dia memang meminta seluruh bawahannya untuk tidak memanggil "Pak", "Sir", atau apapun.⁣ "I won't take your time too much. Yang ingin saya sampaikan adalah kinerjamu menurun satu bulan terakhir ini."⁣ ⁣ Aku tidak perlu memberitahunya dua kali kalau sejak sebulan lalu aku menjadi salah satu sukarelawan di sebuah lembaga pendidikan anak kurang mampu. Menjadi guru, meskipun tanpa gaji, adalah pelepas stres akibat terus menerus bekerja di kantor. Tapi, aktivitasku di sana merembet terlalu jauh. Aku jadi ikut mengurus lembaga tersebut.⁣ ⁣ "Mohon maaf, sepertinya saya harus memperbaiki kemampuan manajemen waktu saya." aku kehabisan kata-kata.⁣ ⁣ "Listen." Matt menopang dagunya. ...

Lari

Image
Ada yang bilang lari itu menyehatkan jantung. Ada yang bilang lari itu menguatkan kaki. Ada yang bilang lari itu bikin gesit.⁣ ⁣ Bagiku, lari itu menggugurkan kenangan kurang baik kalau dia lagi berkunjung. Angin mengikisnya, hentak kaki merontokkannya setiap langkah aku melaju, membelah udara.⁣ ⁣ Aku senang berlari tanpa alas kaki di sarana olah raga umum dekat pondok, bisa menghemat sepatu supaya tidak cepat aus. Tapi ternyata tidak hanya itu, kerikil-kerikil yang dipijak menyisakan sakit untuk menurunkan derajat kesakitan setiap kenangan itu.⁣ ⁣ Kadang kalau Abah Fuad habis naik pitam menasihati kami yang suka bolos kelas Fiqh malam, aku langsung pergi lari. Niatnya supaya kesalku cepat hilang. Aku kelilingi trek lari tujuh kali, ceritanya tawaf tapi dipercepat lima kali lipat.⁣ ⁣ Bagiku, lari mirip dengan suplemen jiwa di samping kitab suci. Biarlah kapalan, yang penting kapal jiwaku tidak karam.⁣ ⁣ Ditulis sebagai bentuk partisipasi dalam 30 Hari Bercerita tahun 2019.  #30Hari...

Gantung

Image
Kemarin-kemarin rasanya seperti jemuran: digantung. Mau berusaha bingung karena yang diajak berusaha nggak mau berusaha, mau diam saja bisa rugi. Tiap hari dipenuhi pikiran, apakah aku harus berusaha sendiri saja, mencoba cara lain untuk berusaha bareng, atau berhenti?⁣ ⁣ Kemarin-kemarin rasanya emang segamang itu, tapi tepat kemarin, setelah sekian lama mencoba berusaha, akhirnya jalan terang semakin kelihatan bisa dicapai. Satu per satu beban hilang, pun kalau masih ada jadi ditanggung bersama. Kesal-kesal kemarin sirna sudah. Di waktu yang tepat, pemilik skenario langit menangkupkan clapper board-Nya. "Action!"⁣ ⁣ Satu episode kini sedang berjalan beserta seluruh lika-liku. Kira-kira akhirnya apa ya?⁣ ⁣ Ditulis sebagai bentuk partisipasi dalam 30 Hari Bercerita tahun 2019.  #30HariBercerita #30HBC1909

Larut

Image
Larut. Larut malam dalam pesona kejora. Larut kesadaran dalam buaian kemul. Larut harta dalam hingar bingar. Larut tawa dalam bercangkir kopi, atau teh, atau minuman yang judulnya aneh-aneh di menu. Larut aku dalam kerasnya beton trotoar. Letih sekali rasanya setelah ke sekian ratus kali melewati jalan ini, jalan pulang yang arahnya ke ujung gang buntu di tengah bisingnya kota semi-metropolitan. Langkah demi langkah diseret demi sampai ke sebuah kamar sempit yang dijejali angan tak kunjung nyata. Kamar yang nyaris tidak pernah kubayar bulanannya karena si kakek yang sudah lupa kalau dia punya kamar yang disewakan padaku sejak dua tahun lalu. Berulang aku mencoba membayarnya, dia malah bilang: "Aku bukan pengemis! Untuk apa dikasih duit yang tidak tau asalnya darimana." Anak-anaknya cuma terdiam memandangi uang sewa bulanan di tanganku yang tak seberapa. Aku menapaki jalan masuk gang yang dingin berlumut, berusaha menggugurkan setiap beban keberhasilan yang tertunda hari...

Nyawa

Image
Rumah memang bukan makhluk hidup, tapi dia memiliki nyawa. Merasa. Memancarkan tanda kehidupan.⁣ ⁣ Pernahkah menyadari bahwa rumah yang ditinggali selama sebulan lebih bersih dari rumah yang ditinggal pergi selama seminggu? Itu karena rumah diberi nyawa dan nyala oleh penghuninya, diberi cinta dan perhatian.⁣ ⁣ Rumah menguarkan rasa, kharisma, dan aura. Rumah seorang diri yang tidak pernah memunculkan cinta dari jiwanya akan terasa suram, kelam. Sawang memenuhi langit-langit, lelaba menggelar kerajaan di sudut-sudut ruangan. Rumah sepasang yang silih salah menyalahkan akan terasa gempar, menggodok emosi. Tidak memperindah penglihatan lantai yang selalu kinclong dan perabot yang rapi tertata. Tiap rumah menjadi representasi rasa yang terjadi di dalamnya. Dinding, genting, hingga ubin menyerap dan mengekspresikan emosi, menyentuh jiwa-jiwa di dekatnya.⁣ ⁣ ***⁣ ⁣ Aku menyelonjorkan kaki di kursi panjang teras belakang, memandangi uap yang mengular lembut di atas cangkir. Si Calon Ayah mas...

Ilmu Menerima

Image
"Bagaimana caranya menerima takdir buruk sebagaimana menerima takdir baik?" sebuah pertanyaan sederhana keluar dari seorang murid yang sedari tadi mengacungkan tangan. Sang Guru tersenyum, seakan ini adalah pertanyaan sama yang ke sekian ia hadapi. "Sini kamu maju, Nak." Murid tersebut maju ke arah Sang Guru untuk kemudian menerima sebuah spidol di tangan kanannya. "Misalnya ini takdir baik, terimalah." ujar Sang Guru. Kemudian, diberikannya lagi sebuah spidol di tangan kirinya. "Misalnya ini takdir buruk, terimalah." ujar Sang Guru, tapi murid itu diam saja, tidak mengerti. "Sudah. Seperti itu. Bagaimana caranya menerima takdir? Ya diterima saja!" Murid yang lain terperangah dengan jawaban sederhana dari Sang Guru, seakan dari sejuta jawaban yang ada di dunia, jawaban tersebut ada di depan mata tapi tidak pernah digubris. "Inilah ilmu menerima." Sang Guru melanjutkan setelah mempersilahkan murid yang bertanya tadi unt...

Bayang-Bayang

Image
Tenggat waktu. Aku mendorong terbuka laptop di atas meja. Sekelebat wajahku tertangkap, berbayang di layar laptop yang gelap. Bayang-bayang wajah yang akhirnya terlihat setelah dua bulan lamanya aku menolak bercermin, sengaja atau tidak sengaja. ⁣ ⁣ *** ⁣ ⁣ Butuh waktu cukup lama bagi Zasya untuk memulihkan kembali rasanya hidup dengan tenang. Perang dengan dirinya sendiri sejak peristiwa itu begitu mencekam, mencengkram kejernihan berpikir, mengaburkan logika. Gelap gulita, sempit, menyesakkan. Bayang-bayang terus merenggut cercah senyum seperti dementor yang mampir ke tempat duduk Harry di dalam kereta. Disedot habis.⁣ ⁣ Sekelebat pantulan wajah di layar gelap laptop memberi makna berbeda saat ini. Wajah yang minta dicintai kembali oleh pemiliknya. Diri yang minta direngkuh kembali oleh pengampunya. ⁣ ⁣ *** ⁣ ⁣ Aku segera menyalakan laptop, menghilangkan bayang wajah menjadi halaman log in. Menopang dagu, memandang lurus ke arah monitor, mematung. Memutar ulang memori, tapi dengan ra...

Arah

Image
Sudah malam. Jalanan bagai karnaval, penuh sesak dengan kerlap-kerlip lampu sorot dari tiap kendaraan bermotor. Arus lalu lintas cukup lancar pada saat itu, memudahkan satu dua kendaraan untuk melaju di atas lima puluh kilometer per jam. Sebuah mobil pick-up terlihat melambat mengikuti arus. Kesempatan emas. "Naik kesitu!" seorang remaja tanggung laki-laki menggandeng tangan seorang remaja tanggung perempuan, berlari menuju mobil pick-up. Keduanya berpakaian serba hitam kusam. Kaus gombrang bertuliskan sembarang kata dan bintang terbalik, supaya mengikuti tren. Celananya disobek secara sengaja, sandalnya merana setelah menggilas aspal terus menerus. Si laki-laki mengenakan buff motif army, si perempuan menutup sebagian rambut panjangnya dengan kupluk merah marun. Keduanya sangat kusam, entah sudah berapa minggu polusi melekat pada wajah-wajah mereka. Di bak pick-up yang kosong itu, mereka berdua menghitung. Satu, dua, tiga, empat. Tidak terdengar teriakan pengusiran dar...