Nyawa
Pernahkah menyadari bahwa rumah yang ditinggali selama sebulan lebih bersih dari rumah yang ditinggal pergi selama seminggu? Itu karena rumah diberi nyawa dan nyala oleh penghuninya, diberi cinta dan perhatian.
Rumah menguarkan rasa, kharisma, dan aura. Rumah seorang diri yang tidak pernah memunculkan cinta dari jiwanya akan terasa suram, kelam. Sawang memenuhi langit-langit, lelaba menggelar kerajaan di sudut-sudut ruangan. Rumah sepasang yang silih salah menyalahkan akan terasa gempar, menggodok emosi. Tidak memperindah penglihatan lantai yang selalu kinclong dan perabot yang rapi tertata. Tiap rumah menjadi representasi rasa yang terjadi di dalamnya. Dinding, genting, hingga ubin menyerap dan mengekspresikan emosi, menyentuh jiwa-jiwa di dekatnya.
***
Aku menyelonjorkan kaki di kursi panjang teras belakang, memandangi uap yang mengular lembut di atas cangkir. Si Calon Ayah masih sibuk memindahkan berangkal menjadi tumpukan di ujung sana.
"Istirahatlah dulu," aku berteriak tenang. Si Calon Ayah melepaskan sarung tangannya, menghampiriku. Mengelus perutku, lalu mengambil cangkir teh yang sudah disiapkan di meja.
Rumah ini memang belum sepenuhnya jadi, tapi terus-terusan tersenyum sepanjang hari.
Dibuat sebagai bentuk partisipasi dalam 30 Hari Bercerita tahum 2019. #30HariBercerita #30HBC1907
Comments