Baabussalam, 24 Juli 2013
Tinggal beberapa tusukan lagi, rompi wool untuk Romeo jadi. Hasil perjuanganku selama 2 bulan akan segera pindah tangan di hari ulang tahun Romeo nanti. Biru tua, warna kesukaannya.
PRANG! BRAK!
Pecah piring. Patah perabotan. Aku tahu itu berarti aku harus bersembunyi. Aku mengucapkan Vactro Trosparos andalanku. Derap langkah prajurit mendekati kamarku. Mereka mendobrak pintunya yang terkunci.
"Rumah kosong! Ambil seluruh barang berharga! Jika ada orang yang ditemukan, tawan!" seru pemimpin prajurit itu. Mereka bubar dari rumahku. Meninggalkan segulung kertas papirus yang nampaknya sengaja ditinggalkan. Aku melepas mantraku dan membuka gulungan resmi itu. Ketika aku membukanya, serangkaian bahawa Paleoxyhtrone menyeruak hilang timbul. Aku menajamkan mataku.
Aku mencerna baik-baik kata-kata itu. Aku tersentak. Paman Lohne masih hidup! Dia berusaha memberitahuku tentang Ibu yang ditawan dari dalam baju prajurit tadi. Penyamaran yang bagus.
Kemudian huruf-huruf lain bermunculan. Aku segera mencatat mantra baru yang disampaikan Paman. Mencoba satu dua. Menunggu matahari untuk segera terbenam dan terbit lagi.
Aku menyelinap ke dekat penjara bawah tanah, berusaha tidak terlihat seperti suku yang ditindas di balik baju pembersih penjara. Aku mengucapkan Xavers Lighea yang baru diberikan Paman untuk penerangan.
Namun, cahaya yang berbeda dari tanganku tertangkap oleh penjaga yang baru saja bercakap dengan ebebrapa pria.
"Pangeran Romeo! Penyusup!"
Beberapa pria tadi segera berbalik, mencoba menyerangku. Aku mengahkan Aucoxplempt ke titik-titik syaraf semua penjaga hingga mereka ambruk, menyisakan Romeo.
"Asmeralda.." dia mendekat, mengelus pipiku. Aku bersandar di bahunya. Mendengar duk-duk-duk jantungnya. Seakan-akan seluruh darahku terserap ke dalam jantungku sendiri.
"Aku tidak akan menyakitimu." kita berucap bersamaan.
Tawa kecil. Wajahku memuram. "Ibu mana?"
Romeo terdiam, terlihat hendak mengucapkan sesuatu. "Dia.."
"..dia dipaksa menikah dengan King Holmez II, ayahku."
PRANG! BRAK!
Pecah piring. Patah perabotan. Aku tahu itu berarti aku harus bersembunyi. Aku mengucapkan Vactro Trosparos andalanku. Derap langkah prajurit mendekati kamarku. Mereka mendobrak pintunya yang terkunci.
"Rumah kosong! Ambil seluruh barang berharga! Jika ada orang yang ditemukan, tawan!" seru pemimpin prajurit itu. Mereka bubar dari rumahku. Meninggalkan segulung kertas papirus yang nampaknya sengaja ditinggalkan. Aku melepas mantraku dan membuka gulungan resmi itu. Ketika aku membukanya, serangkaian bahawa Paleoxyhtrone menyeruak hilang timbul. Aku menajamkan mataku.
Matahari terbit, ...ufuk utara, ...bawah tanah, ...kerangkeng, ...titik lemah, ...spiritual, ...ibu.
Aku mencerna baik-baik kata-kata itu. Aku tersentak. Paman Lohne masih hidup! Dia berusaha memberitahuku tentang Ibu yang ditawan dari dalam baju prajurit tadi. Penyamaran yang bagus.
Kemudian huruf-huruf lain bermunculan. Aku segera mencatat mantra baru yang disampaikan Paman. Mencoba satu dua. Menunggu matahari untuk segera terbenam dan terbit lagi.
OXXO
Namun, cahaya yang berbeda dari tanganku tertangkap oleh penjaga yang baru saja bercakap dengan ebebrapa pria.
"Pangeran Romeo! Penyusup!"
Beberapa pria tadi segera berbalik, mencoba menyerangku. Aku mengahkan Aucoxplempt ke titik-titik syaraf semua penjaga hingga mereka ambruk, menyisakan Romeo.
"Asmeralda.." dia mendekat, mengelus pipiku. Aku bersandar di bahunya. Mendengar duk-duk-duk jantungnya. Seakan-akan seluruh darahku terserap ke dalam jantungku sendiri.
"Aku tidak akan menyakitimu." kita berucap bersamaan.
Tawa kecil. Wajahku memuram. "Ibu mana?"
Romeo terdiam, terlihat hendak mengucapkan sesuatu. "Dia.."
"..dia dipaksa menikah dengan King Holmez II, ayahku."
Comments