Resolusi Akhir Tahun (2)
Apakah kita sudah pernah menggali sisi lain dari diri kita?
Dalam sekali pemikiran tentang bagaimana diri sendiri. Butuh waktu, bahkan bisa sampai merenung lama sekali. Merusak luka.
Menyalahkan diri sendiri.
Dimulai dari resume tahunan:
Awal tahun, it felt like entering the whole-changing life. Nope because of that break up (stop bapernya nin) but somehow things were really new to me.
I need to push my limit to the maximum level. In the middle of the year, I was so glad that I am an ISTJ: introvert-sensing-thinking-judgment. Pasif. Aku berpikir tentang orang-orang yang menjadi berpengaruh, dan aku ingin berpengaruh. I tried several times and ended up as a bona fide-secretary. Bona fide?
Tahun ini sudah hampir pensiun, dan semuanya berjalan begitu cepat. I need to move. Tanggung jawab yang berlajan paralel, seperti mencoba merengkuh lima puluh teman dengan dua tangan. Berusaha menjadi seorang yang mengerti. Menjadi orang dibalik cerita-cerita kehidupan. Mengasah stabilitas hati dan ketajaman kata-kata.
Mencintai bahkan tanpa merasa butuh untuk dicintai, dan tetap mendapatkan sakitnya.
Kadang-kadang semuanya terasa begitu menekan hingga ke dasar keputus asaan, menjadikan pasif. Menjadikan doktrin-doktrin "Aku tak berguna, kenapa aku bisa terlibat padahal aku tidak melakukan apa-apa? Aku tidak akan pernah menjadi penting."
"Apakah dia pernah memikirkan aku? Tidak pernah!"
Aku mendapatkan pernyataan bahwa memendam segala sesuatu tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan bisa saja tidak sukses untuk menjaga perasaan orang lain. Mengatakan "aku bisa melakukannya" karena tidak ada yang bisa melakukannya, padahal masih ada "aku bisa melakukannya"-"aku bisa melakukannya" yang lain yang telah terucap jauh sebelumnya. Tidak pernah baik bila terlalu banyak mengorbankan diri untuk orang lain, karena tidak mungkin kan berkorban untuk bahkan hanya dua? Satu pasti cemburu.
Aku juga mendapatkan bahwa meskipun telah berada dalam palung, nilai minimum relatif yang terletak di dasar sumbu y, segalanya akan baik-baik saja. Saat itu bisa saja kita sedang memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berada dalam nilai maksimum relatifnya. Dan setiap nilai minimum relatif akan menolakkan grafik ke atas, menembus lagi sumbu x dan meraih angka-angka positif sumbu y.
Jadi, apa hubungannya dengan menggali sisi lain dari diri kita?
Adalah ketika membaca kembali lembar-lembar yang paling putus asa, yang paling kusut masai, dan berkata "Hey, I'm not that awkward to him.", "I'm not that stupid I think.", "Sure I can make enough things by this situation.", "I'm proud of my dark past because I learn a lot from them."
Nilai minimum relatif yang bertolak naik, berpindah dari kuadran 3 ke kuadran 2 atau dari kuadran 4 ke kuadran 1? Bukankah itu sisi yang lain?
Aku menggores pena di lembar-lembar baru, Tentu saja, aku tambahkan sedikit hiasan bunga di pinggirnya. Dan karena aku perfeksionis, jadi corat-coret di lembar-lembar sebelumnya aku tip-x dulu.
Dalam sekali pemikiran tentang bagaimana diri sendiri. Butuh waktu, bahkan bisa sampai merenung lama sekali. Merusak luka.
Menyalahkan diri sendiri.
Dimulai dari resume tahunan:
Awal tahun, it felt like entering the whole-changing life. Nope because of that break up (stop bapernya nin) but somehow things were really new to me.
I need to push my limit to the maximum level. In the middle of the year, I was so glad that I am an ISTJ: introvert-sensing-thinking-judgment. Pasif. Aku berpikir tentang orang-orang yang menjadi berpengaruh, dan aku ingin berpengaruh. I tried several times and ended up as a bona fide-secretary. Bona fide?
Tahun ini sudah hampir pensiun, dan semuanya berjalan begitu cepat. I need to move. Tanggung jawab yang berlajan paralel, seperti mencoba merengkuh lima puluh teman dengan dua tangan. Berusaha menjadi seorang yang mengerti. Menjadi orang dibalik cerita-cerita kehidupan. Mengasah stabilitas hati dan ketajaman kata-kata.
Mencintai bahkan tanpa merasa butuh untuk dicintai, dan tetap mendapatkan sakitnya.
Kadang-kadang semuanya terasa begitu menekan hingga ke dasar keputus asaan, menjadikan pasif. Menjadikan doktrin-doktrin "Aku tak berguna, kenapa aku bisa terlibat padahal aku tidak melakukan apa-apa? Aku tidak akan pernah menjadi penting."
"Apakah dia pernah memikirkan aku? Tidak pernah!"
Aku mendapatkan pernyataan bahwa memendam segala sesuatu tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan bisa saja tidak sukses untuk menjaga perasaan orang lain. Mengatakan "aku bisa melakukannya" karena tidak ada yang bisa melakukannya, padahal masih ada "aku bisa melakukannya"-"aku bisa melakukannya" yang lain yang telah terucap jauh sebelumnya. Tidak pernah baik bila terlalu banyak mengorbankan diri untuk orang lain, karena tidak mungkin kan berkorban untuk bahkan hanya dua? Satu pasti cemburu.
Aku juga mendapatkan bahwa meskipun telah berada dalam palung, nilai minimum relatif yang terletak di dasar sumbu y, segalanya akan baik-baik saja. Saat itu bisa saja kita sedang memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berada dalam nilai maksimum relatifnya. Dan setiap nilai minimum relatif akan menolakkan grafik ke atas, menembus lagi sumbu x dan meraih angka-angka positif sumbu y.
Jadi, apa hubungannya dengan menggali sisi lain dari diri kita?
Adalah ketika membaca kembali lembar-lembar yang paling putus asa, yang paling kusut masai, dan berkata "Hey, I'm not that awkward to him.", "I'm not that stupid I think.", "Sure I can make enough things by this situation.", "I'm proud of my dark past because I learn a lot from them."
Nilai minimum relatif yang bertolak naik, berpindah dari kuadran 3 ke kuadran 2 atau dari kuadran 4 ke kuadran 1? Bukankah itu sisi yang lain?
Aku menggores pena di lembar-lembar baru, Tentu saja, aku tambahkan sedikit hiasan bunga di pinggirnya. Dan karena aku perfeksionis, jadi corat-coret di lembar-lembar sebelumnya aku tip-x dulu.
Comments