Warteg
Pengap, riuh. Sendok garpu berdentang, kuali-kuali besar bergolak. Siang ini berdesakan Warteg Bu Romlah, penuh seluruh bangkunya, hawa percakapan terasa dimana-mana. Kinan sakit, Dhana keluar kota. Menyisakan aku makan siang lotek sendiri, duduk di tengah-tengah massa berseragam putih-abu yang tidak aku kenal. Duk! Aku tidak sengaja menyikut mangkuk sop seseorang hingga tumpah beruap-uap di tangannya. "Aw!" "Maaf.." Ternyata kita satu sekolah. *** Ini hari Minggu, biar sepi sih katanya. Memang, Warteg Bu Romlah jadi lengang. Hanya beberapa kuli bangunan yang sedang makan siang sambil duduk mengangkat kaki di bangku luar warung. Aku memesan lotek dan kamu memesan sop. *** Setelah bel pulang berdering, aku segera angkat kaki keluar kelas karena waktu yang tersisa tidak banyak. Ini sudah kali ke empat belas, aku menghitung hari-hari masuk sekolah. Mengambil bangku kosong biar bersebelahan atau berhadapan sangatlah sulit dengan persaingan seketat ini. ...